Share

Tadabbur Isti’adzah (3): Rahasia, Keunikan dan Faedah Isti’adzah

  • Januari 13, 2024

Dalam tulisan kali ini saya akan paparkan keunikan dan faedah isti’adzah. Hal ini perlu saya sampaikan supaya para pembaca dan kaum muslimin di manapun berada menjadi lebih semangat dalam membaca Al-Qur`an. Berikut adalah keunikan dan faefah isti’adzah.

Rahasia Isti’ādzah

Perlu kita ketahui bahwa ada rahasia yang sangat hebat di dalam bacaan Isti’ādzah. Bacaan ini merupakan sebuah pengakuan seorang hamba atas segala kelemahannya dan mengakui bahwa Allah ta’ala adalah satu-satuNya Dzat yang maha kuasa. Ialah Dzat yang Maha Kaya dan Berkuasa untuk menjauhkan hamba-hambaNya dari segala macam mara bahaya.

Isti’ādzah juga menunjukkan pengakuan seseorang bahwa setan adalah musuh nyata baginya. Dengan membaca Isti’ādzah seseorang hanya akan mengharap perlindungan pada Allah semata atas segala macam godaan dan gangguan setan durjana.

Sekarang kita tahu, ternyata Allah tidak main-main ketika memerintahkan hamba-hambaNya untuk memohon perlindungan dariNya. Ada rahasia besar di balik bacaan ini.

فَإِذَا قَرَأْتَ ٱلْقُرْءَانَ فَٱسْتَعِذْ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّيْطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ

Artinya: Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (QS. An-Nahl: 98)

Keunikan Isti’adzah

Pertama, terdapat hikmah di balik perintah membaca isti’ādzah ketika membaca al-Quran, sebagaimana dalam an-Nahl 98.

Analoginya adalah sebagaimana seorang tamu yang berkunjung ke rumah atau tempat tingga orang lain. Sebagai seorang tamu, ia harus sadar tentang pentingnya meminta izin dan mengetuk pintu. Sebab seseorang yang hendak memasuki pintu atau rumah orang lain, maka ia harus meminta ijin dahulu ke pemilik rumah itu. Dan setelah mendapatkan ijin, baru boleh masuk ke dalamnya.

Hal tersebut juga berlaku bagi orang yang ingin membaca al-Quran. Artinya dia berkeinginan untuk bermunajat bersama kekasihnya. Untuk itu dia perlu membersihkan lisannya terlebih dahulu. Sebab sebelumnya lisan orang tersebut telah najis dan kotor akibat dusta dan ucapan yang sia-sia. Dan cara yang syariat ajarkan adalah dengan membaca isti’ādzah. Jadi isti’ādzah seakan-akan menjadi syarat agar Allah ta’ala menerima bacaan al-Quran kita.

Kedua, menjelaskan hakekat setan. Dalam Raudlatul Akhyār, pengarangnya menjelaskan bahwa setan itu ada yang laki dan ada yang perempuan. Mereka terus bereproduksi dan berumur panjang hingga hari kiamat. Adapun jin, dia sama seperti setan, terdiri dari kaum laki dan perempuan, mereka juga bereproduksi, namun Allah menangguhkan ajal mereka tidak sebagaimana setan. Jadi jin juga mengalami kematian sesuai ajal mereka selayaknya manusia. Adapun malaikat adalah makhluk yang bukan laki-laki atau perempuan, tidak mati dan tidak pula bereproduksi, mereka juga tidak makan dan minum.

Dari sini dapat kita pahami bahwa setan dan jin itu sungguh nyata dan ada. Tak ada seorangpun yang mengingkari keberadaan jin kecuali segolongan kecil filsuf, psikolog, dan lain sebagainya.

Kisah Unik

Imam al-ghazali dan Zamakhsyari

Ada kisah, pada suatu hari Imam Ghazali rahimahullah bertanya kepada para jin tentang peristwa-peristiwa yang sedang terjadi pada hari itu? Jin-jin itu menjawab: Zamakhsyari rahimahullah telah menulis sebuah kitab tafsir, dan sekarang sudah mencapai separuhnya. Kemudian Imam Ghazali meminta mereka untuk membawakan kitab tersebut kepadanya. Mereka pun memenuhi permintaan itu. Setelah sampai di tangannya, Imam Ghazali menyalin kitab itu dan setelah selesai menyalinnya para jin mengembalikan kitab tersebut di tempat semula.

Ketika Zamakhsyari rahimahullah datang menemui Ghazali dan kemudian beliau menunjukkan hasil salinannya tadi, maka seketika Zamakhsyari rahimahullah terperanjat penuh heran dan berkata: kitab ini milikku dan ku simpan rapat-rapat, tidak ada seorangpun yang pernah membaca kitab tersebut selain aku. Lantas, dari mana datangnya kitab ini? Imam Ghazali menjawab: itu betul milikmu, para jin yang membawakannya kepadaku. Konon Zamakhsyari adalah orang yang tidak percaya adanya jin, namun setelah peristiwa ini, dia baru sadar dan mengaku bahwa jin benar-benar ada.

Meski demikian, hal tersebut tidak lantas menjadikan jin sebagai makhluk yang serba mengetahui perkara-perkara gaib, sebagaimana penjelasan dalam QS. Saba’ ayat 14:

تَبَيَّنَتِ ٱلۡجِنُّ أَن لَّوۡ كَانُواْ يَعۡلَمُونَ ٱلۡغَيۡبَ مَا لَبِثُواْ فِي ٱلۡعَذَابِ ٱلۡمُهِينِ  ١٤

14. … tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.

Hakekat Jin

Hakekat jin – bagi kelompok yang tidak mengkategorikan jin sebagai materi kasar (almujarradāt) – adalah makhluk jasmaniyah seperti udara (aerial things). Sedangkan menurut pendapat lain, jin itu merupakan material api yang mampu mengubah diri dalam rupa yang bermacam-macam. Seperti ular, kalajengking, anjing, onta, sapi, kambing, kuda, keledai, burung, dan manusia.

Jin memiliki akal dan pemahaman yang mereka gunakan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan berat, sebagaimana yang mereka lakukan ketika membantu Nabi Sulaiman ‘alaihissalam dalam peperangan, membuat ukiran-ukiran dan pahatan-pahatan istana yang megah, memproduksi perabot-perabot seperti piring besar dan periuk.

Adapun hakikat jin menurut kelompok yang mengatakan bahwa mereka adalah makhluk abstrak, yang tidak sama seperti tubuh-tubuh manusia dan hewan, jin merupakan bagian dari malaikat. Almujarradāt artinya adalah materi-materi lain (makhluk halus) yang parsial dalam arti berdiri sendiri, dan tidak menempati sesuatu secara parsial. Setan di sini adalah iblis dan pembantu-pembantunya.

Pendapat Ulama Bahwa Jin Memiliki Bentuk Tertentu

Argumen yang menjelaskan bahwa jin memiliki bentuk adalah  sebuah riwayat al-A’masy dari Abu Wail dari Abdullah berkata: Ali ibn Abi Thalib berkata: saya melihat Nabi di bukit Safa, pada saat itu beliau sedang menghadapi sesosok gajah dan melaknatnya. Kemudian saya bertanya, siapakah yang engkau laknat wahai Rasulullah? Beliau menjawab: ini adalah setan yang terkutuk. Kemudian aku berkata: Hai, musuh Allah! Demi Allah! Sungguh aku akan membunuhmu dan aku bebaskan umat ini darimu. Setan bertanya: Inikah hukumanku darimu? Aku balik bertanya: Apa balasanmu dariku hai musuh Allah? Setan menjawab: demi Allah! Tak akan satupun yang paling membuatmu murka kecuali aku menyertai ayah seseorang di rahim ibunya.

Dari Ibnu Abbas berkata: pada suatu hari Nabi keluar dari masjid, tiba-tiba beliau bertemu dengan iblis kemudian beliaupun bertanya kepada iblis itu: apa gerangan yang membuatmu mendatangi pintu masjidku?

Iblis menjawab: wahai Muhammad! Allah-lah yang telah mendatangkanku ke sini, Nabi bertanya, untuk urusan apa? Iblis menjawab: agar engkau bertanya kepadaku tentang apa saja yang ingin kau tanyakan kepadaku. Ibnu Abbas berkata: pertanyaan yang pertama kali adalah tentang salat.

Bertanyalah Nabi kepada iblis: hai orang yang terlaknat! Kenapa engkau menghalang-halangi umatku untuk melaksanakan salat berjamaah? Iblis menjawab: wahai Muhammad! Ketika umatmu keluar untuk melaksanakan salat berjamaah, maka aku terkena sakit panas yang sangat membakar, dan sakit ini tidak akan hilang hingga umatmu berpencar (tidak berjamaah).

Kemudian Nabi bertanya lagi kepada iblis: kenapa engkau mencegah umatku untuk belajar dan berdoa? Iblis menjawab ketika mereka berdoa, doa tersebut akan menjadikan aku tuli dan buta, kadaan ini terus bertahan hingga mereka tidak melakukannya (meninggalkan majlis ilmu dan doa). Nabi bertanya lagi: kenapa engkau menghalang-halangi umatku dari membaca al-Qur’an?

Iblis menjawab: saat mereka membaca al-Qur’an, maka aku hancur lebur seperti timah. Nabi bertanya lagi: kenapa engkau mencegah umatku untuk melaksanakan jihad? Iblis menjawab, ketika mereka keluar untuk berjihad maka di atas telapak kakiku ada semacam belenggu hingga mereka kembali dari jihad tersebut, dan ketika mereka keluar untuk melaksanakan ibadah haji maka aku ku terbelenggu oleh rantai hingga mereka kembali dari ibadah tersebut, Dan ketika mereka ingin melaksanakan sedekah maka di atas kepalaku terdapat beberapa gergaji, maka aku digergaji sebagaimana digergajinya kayu.

Faedah Isti’adzah

Ali bin Abi Thalib berkata: perbedaan salat kita dan salatnya ahli kitab adalah terletak pada waswasat asy-syaithan (bisikan dan godaan setan). Setan tidak pernah menggoda apapun yang dilakukan orang-orang kafir, sebab setan sepakat terhadap apa yang mereka (orang-orang kafir) kerjakan. Sedangkan orang-orang beriman selalu menyelisihi dan memerangi mereka. Al-Hasan al-Bashriy berkata: barang siapa yang membaca isti’adzah dengan sungguh-sungguh, yakni menghadapkan hati dengan sepenuhnya, maka Allah akan menjadikan tigaratus hijab antara setan dan dirinya. Setiap penghalang jaraknya adalah antara langit dan bumi.

Dalam at-Tafsir al-Kabir al-Imam al-Razi menjelaskan bahwa kalimat a’udzu billah menunjukkan kembalinya hamba kepada Sang Pencipta, dan kembalinya hajat seorang hamba yang sangat mendesak untuk dirinya sendiri pada serba kecukupan untuk mewujudkan kebaikan-kebaikan dan menghindarkan segala keburukan-keburukan. Dalam hal ini ada sebuah rahasia dalam firmanNya:

فَفِرُّوا إِلَى اللَّـهِ ۖ إِنِّي لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ

Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 50)

Fafirru ilallah. Ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada satupun wasilah yang dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepda Allah kecuali dengan menampakkan kelemahan diri. Dan merasa lemah merupakan level tertinggi seorang hamba.

Dalam sebuah atsar ada keterangan bahwa sesuatu yang pertama kali Jibril sampaikan kepada Nabi Muhammad adalah isti’adzah kemudian baru basmalah, kemudian ayat iqra’bismirabbikalladzi khalaq dan seterusnya. Hal ini ada dalam kitab Ruh al-Bayan.