Share

Konsep Belajar yang Benar dalam Pandangan Islam

  • Januari 9, 2024
  • 2

Islam adalah agama yang sangat lengkap dalam segala aspeknya. Termasuk di dalamnya adalah konsep belajar yang sangat bagus dan terbaik dibanding dengan konsep-konsep lain di luar. Saya sangat yakin tentang kehebatan konsep belajar Islam dalam membangun kemanusiaan secara total.

Mengapa harus belajar?

Pertanyaan ini sengaja saya gulirkan di awal dan memang inilah yang paling mendasar, sebelum kita membahas konsep dan hakekat belajar. Marilah sejenak untuk merenungi firman Allah QS. Ali Imran: 190-191 sebagai berikut.

إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ 

190.  Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, 191.  (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Kemudian QS. Al-Ankabut: 19-20 sebagai berikut.

أَوَ لَمۡ يَرَوۡاْ كَيۡفَ يُبۡدِئُ ٱللَّهُ ٱلۡخَلۡقَ ثُمَّ يُعِيدُهُۥٓۚ يُعِيدُهُۥٓۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ قُلۡ سِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ بَدَأَ ٱلۡخَلۡقَۚ ثُمَّ ٱللَّهُ يُنشِئُ ٱلنَّشۡأَةَ ٱلۡأٓخِرَةَۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ 

19.  Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 20.  Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Detail Pembahasan

Muara dari kedua ayat tersebut adalah adanya perintah Allah kepada manusia untuk menggunakan akal pikiran dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, belajar tentu menjadi konsekuensi dari aktifitas menuntut ilmu. Menurut Umar (2010) dalam menyuruh manusia mencari ilmu pengetahuan, Allah menggunakan ungkapan yang bervariasi. Kadang-kadang Allah menggunakan perintah agar membaca, hal ini ada di surah al-‘Alaq ayat 1. Kadang-kadang Allah menggunakan perintah mengamati fenomena alam semesta (QS. Al-Ghasyiyah: 17-20). Di lain tempat Allah menggunakan motivasi dengan mengangkat derajat (QS. Al-Mujadilah: 11).

Sehubungan dengan perintah Allah tersebut, Rasulullah pun pernah bersabda.

Ibnu Mas’ud meriwayatkan, Rasulullah berkata kepadaku, tuntutlah ilmu pengetahuan dan ajarkanlah kepada orang lain. Tuntutlah ilmu kewarisan dan ajarkanlah kepada orang lain. Pelajarilah Al-Qur`an dan ajarkanlah kepada orang lain. Saya ini akan mati. Ilmu akan berkurang dan cobaan akan semakin banyak, sehingga terjadi perbedaan pendapat antara dua orang tentang suatu kewajiban, mereka tidak menemukan seorangpun yang dapat menyelesaikannya.

Dalam hadis ini, menurut Umar (2010), ada tiga perintah belajar, yaitu perintah mempelajari al-ilm, al-faraidl, dan Al-Qur`an.

Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa kita harus belajar. Jadi jika disimpulkan secara singkat, jawaban atas pertanyaan mendasar di atas adalah karena adanya perintah Allah untuk belajar yang tujuannya pasti kebaikan atau kemaslahatan dan keselamatan dunia dan akherat. Dan inilah konsep belajar Islam yang cocok untuk umat muslim.

Definisi belajar dan ciri-cirinya

Definisi belajar

Menurut Hamalik (2007) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learnig is difined as the modification or strengthening of behavior trough experiencing).

Semakna dengan definisi di atas, Dahar (2011) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

Suprihatiningrum (2013) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang bisa diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Belajar merupakan suatu aktifitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai-nilai, dan sikap. Ini merupakan definisi yang lebih luas dari sebelum-sebelumnya.

Ciri-ciri belajar

Belajar berbeda dengan kematangan

Perlu diketahui, bahwa pertumbuhan juga menyebabkan perubahan tingkah laku. Bila tingkah laku berubah secara wajar tanpa ada pengaruh latihan, maka dikatakan bahwa itu berkat kematangan (maturation), bukan karena belajar. Perubahan fisik tidak termasuk belajar, begitu juga dengan kemampuan berjalan dan berbicara pada umumnya disebabkan oleh kematangan daripada belajar.

Belajar berbeda dengan perubahan fisik dan mental

Perubahan fisik dan mental juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku ini tidak termasuk dalam belajar karena bukan merupakan suatu hasil dari latihan dan pengalaman. Batasan dengan pengalaman dan latihan inilah yang penting untuk dipahami sehingga kita bisa melihat perubahan tingkah laku manakah yang sebenarnya merupakan akibat belajar. https://cakobed.com/gemilang-di-sisa-usia/

Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku dan hasilnya relatif menetap

Belajar akan menghasilkan perubahan tingkah laku yang relatif menetap dan sesuai tujuan. Apabila kita ingin melihat perubahan tingkah laku tesebut, maka kita dapat membandingkan cara seseorang bertingkah laku pada waktu A dengan caranya bertingkah laku pada waktu B, tetapi dalam suasana yang sama. Apabila tingkah laku seseorang dalam suasana yang serupa itu berbeda, maka dapat dikatakan telah terjadi belajar.

Tiga ciri di atas mengarahkan kepada kita pada kunci belajar yaitu perubahan tingkah laku. itulah konsep belajar Islam. Sebagai santri (baca: pembelajar) tentu kita sedang menjalankan tugas belajar yang sangat panjang yang bertujuan mengubah tingkah laku atau dalam bahasa kepesantrenan adalah akhlak. Bagi santri tulen, mondok bukan tentang menumbuhkan dan mengembangkan badan. Mondok juga bukan tentang menghabiskan makanan dan minuman. Tetapi mondok adalah belajar. Belajar bagaimana waktu dan asupan yang kita habiskan membuahkan pencerahan intelektual, yang pada ujungnya adalah cahaya kepribadian yang berkilau indah.