Dalam buku Smart Islamic Parenting, Bijak dan Cerdas Mendidik Anak karya DR. Jasim al-Muthawa’ susunan Ahmad Fadloil Husni, Lc. Ada pembahasan tentang tujuh tahapan pendidikan iman. Sejak awal memang kita harus menetapkan pendidikan iman kepada anak-anak. Sebab keimanan adalah sesuatu yang paling penting dan berharga bagi seorang mukmin. Setiap orang tua sangat mengharapkan anak-anaknya semangat menjaga salat lima waktu, hati mereka senantiasa terpaut dengan Allah ta’ala, konsisten menjaga tilawah dan berakhlak dengan Al-Qur`an. Untuk mewujudkannya maka setiap orang tua harus memperhatikan tujuh tahapan berikut ini:
Pertama
Fase pra-nikah. Fase ini adalah fase yang paling awal untuk ditahapi. Ketika kita memilih pasangan dan lalu sama-sama belajar pendidikan iman sebelumnya, maka kita telah menghemat banyak kesulitan dalam mendidik di masa depan. Sebab banyak orang yanglupa atau luput dari tahapan pra-nikah. Kebanyakan orang kurang peduli di masa ini. Baru setelah anak lahir dan mulai tumbuh besar, para orang tua tergopoh-gopoh baru memulai mendidik dan mempersiapkan keimanan anak-anaknya. Memang tidak masalah, namun jika pra-nikah sudah ada persiapan, sebagaimana keterangan di awal, maka mendidik iman anak akan semakin mudah.
Kedua
Inilah fase di mana anak saat masih janin dalam rahim ibunya. Maka kita harus sering memperdengarkan Al-Qur`an. Lantunan ayat-ayat suci ini akan memberikan stimulasi positif pada tumbuh kembang janin, terutama pengaruh pada sisi bathiniyah janin yang harapannya kelak akan tumbuh sebagai pribadi yang beriman. Fase ini juga masih sering terabaikan oleh beberapa orang tua. Untuk itu, dalam upaya mencetak generasi beriman, kita harus selalu saling mengingatkan akan pentingnya fase penting ini. Saya (penulis) yakin jika fase pertama ditahapi dengan baik, maka fase kedua ini secara otomatis akan mengikutinya.
Ketiga
Fase lahir sampai usia dua tahun. Di fase ini kita berusaha supaya anak mendengarkan orangtuanya berzikir kepada Allah dan melihat keduanya menjaga salat, membaca Al-Qur`an, di samping melindungi anak-anak dengan zikir setiap hari. Ini adalah fase persiapan anak-anak agar ke depan bisa melakukan kebaikan-kebaikan sebagaimana yang orang tua lakukan. Ada sebuah pepatah barat, “Like son like father“. Saya kira ungkapan ini relevan dengan tahapan atau fase ini. Apa yang orang tua lakukan, sebenarnya adalah sebuah penanaman yang kelak akan ia panen. Dalam hal ini adalah kesediaan anak-anak untuk melakukan kebaikan yang berlandaskan keimanan kepada Allah ta’ala.
Keempat
Fase usia dua sampai enam tahun yang merupakan fase terpenting, sebutan lainnya adalah fase imitasi atau suka meniru. Maka dalam fase ini kita fokuskan anak untuk menghapal Al-Qur`an, syair penguat iman, dan doa-doa serta mencintai Allah dan rasulNya melalui kisah sebelum tidur. Namun syaratnya adalah ada keteladanan dari orang tua. Sebab anak itu akan menganggap suatu kebenaran yang layak untuk ia lakukan berdasarkan perbuatan atau tindakan orang tua. Jadi orang tua tidak cukup memberikan wejangan, ceramah, atau nasehat saja. Harus ada contoh nyata yang tampak pada anak-anaknya.
Kelima
Fase usia enam sampai sepuluh tahun. Pada fase ini kita jelaskan kepada anak makna ubudiyah, dan hakekat manusia adalah hamba dan Allah adalah Pencipta. Kita juga harus memahamkan anak-anak tentang kewajiban manusia bersyukur kepada Allah dengan beribadah dan melakukan ketaatan. Kita ingatkan anak untuk menjaga salat, kita dorong untuk berpuasa, dan kita buat mereka cinta membaca serta memilihkan pertemanan yang baik. Jangan sampai mereka memiliki pertemanan yang menyesatkan.
Keenam
Fase usia 10 tahun sampai fase baligh. Fase ini anak-anak lebih bergantung kepada teman-temannya. Kita tegaskan kepada mereka bahwa Allah sebaik-baik teman, Al-Qur`an sebaik-baik sahabat, dan nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebaik-baik pendamping. Kita motivasi mereka untuk melaksanakan salat dan memutaba’ahnya serta menceritakan kisah-kisah sahabat yang mulia. Menjauhkan mereka dari beberapa penyimpangan disertai bimbingan dan arahan dengan lembut dan baik. Libatkan mereka saat pendistribusian zakat dan mengingatkan mereka tentang etika sosial. Seperti berbakti kepada orang tua menjalin silaturahmi, menghormati yang tua menyayangi yang kecil, serta menjelaskan kepada mereka makna nama-nama Allah.
Ketujuh
Fase pasca baligh. Buatlah mereka cinta kepada umroh dan terus mengingatkan mereka untuk salat. Apabila mereka lalai kita perlakukan mereka dengan lembut supaya kita tidak membuat mereka benci kepada Allah dan perintah-perintahNya. Kita bicara dengan mereka tentang ujian dan hikmahnya, dan menautkan hati mereka dengan Allah saat ada ujian menimpa.
Inilah tujuh tahapan pendidikan iman beserta penjelasannya. Setiap orang tua punya kebebasan memilih metode menanamkan makna ini kepada anak-anak dengan cara yang disukai mereka. Ditambahkan juga dengan makna yang lebih dalam dari makna pendidikan Iman, yaitu manusia hidup setiap saat bersama Allah titik Bila melihat orang fakir, ia teringat nikmat Allah yang diberikan kepadanya. Bila melihat orang yang sedang diuji, yang mengingat kasih sayang Allah. Melihat pemandangan indah ia mengingat kebesaran Allah. Melihat orang sakit, ia merasakan makna bahwa Allah maha penyembuh, dan sebagainya. Inilah makna pendidikan iman yang lebih dalam. Apabila hal ini tertanam kuat pada anak-anak kita, niscaya mereka akan hidup sebagaimana dalam QS. Al-An’am ayat 162-163
قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَـٰلَمِينَ ١٦٢
Katakanlah: “Sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam.
لَا شَرِيكَ لَهُۥ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُسْلِمِينَ ١٦٣
Tiada sekutu bagiNya, dan dengan yang demikian sahaja aku diperintahkan, dan aku (di antara seluruh umatku) adalah orang Islam yang awal pertama – (yang berserah diri kepada Allah dan mematuhi perintahNya)”.
Kesimpulan
Jadi inti pendidikan iman adalah mengantarkan anak-anak kita ke puncak semangat beribadah dan berakhlak. Inilah makna praktis dari pendidikan iman. Sedangkan makna lainnya atau makna fikrah adalah hidup bersama Allah dalam setiap waktu dengan merenung, bertadabur, dan bertafakur. Inilah fase lanjutan setiap melewati fase pertama. Kedua Fase ini memperkuat diri anak, hati nuraninya, dan kesadarannya yang merupakan pondasi pendidikan iman. Apabila lalai atau melakukan kesalahan, ia akan segera kembali kepada Allah. inilah buah pendidikan iman.
Ada berita gembira kepada para orang tua bahwa pendidikan iman adalah sebaik-baik amal yang mendekatkan mereka kepada Allah. Ada keterangan sebuah hadis, Amal apa yang paling utama? Beliau menjawab, iman kepada Allah dan rasulnya, Kemudian apa lagi? Beliau menjawab, sehat di jalan Allah. Kemudian apalagi? Beliau menjawab, haji yang mabrur. (Muttafaqun Alaihi)
Segala sesuatu yang orang tua kerjakan dari jerih payah mendidik anak memiliki pahala luar biasa dan ganjaran besar serta didahulukan daripada jihad, haji, dan bulan Ramadan. Inilah kesempatan kita dalam menanamkan tujuh tahapan pendidikan iman ke anak-anak kita.
Sumber bacaan:
Smart Islamic Parenting, DR. Jasim al-Muthawwa’.