Share

Berburu Lailatul Qadar dan Peristiwa Perang Badar

  • Maret 29, 2024

Dalam hadis Bukhari-Muslim dari Abu Said al-Khudriy berkata: “Rasulullah beri’tikaf pada sepuluh hari pertengahan bulan Ramadan, beliau beri’tikaf pada tahun itu, hingga ketika malam kedua puluh satu, yakni suatu malam yang beliau keluar dari i’tikafnya di waktu paginya. Beliau bersabda: Barang siapa yang beri’tikaf denganku, maka mulailah pada sepuluh hari terakhir. Aku bermimpi di malam itu kemudian aku lupa. Dalam mimpi itu aku bersujud di atas air dan lumpur pada pagi harinya. Maka carilah lailatul qadar pada 10 hari terakhir dan waktu-waktu ganjil.Kemudian malam itu turunlah hujan dari langit, dan masjid pada saat itu berstruktur pergola, maka masjid meneteskan air. Lalu aku melihat dengan kedua mataku bahwa ada bekas air dan lumpur di kening Rasulullah pada pagi hari tanggal duapuluh satu.

Berburu lailatul Qadar di bulan Ramadan

Hadis di atas menunjukkan bahwa Nabi beri’tikaf pada sepuluh pertengahan Ramadan untuk mendapatkan lailatul qadar. Gaya redaksi hadis ini menunjukkan bahwa i’tikaf yang seperti itu dilakukan Nabi beberapa kali.

Dalam sebuah riwayat hadis sahih Bukhari-Muslim dari Aisyah, Abu Hurairah, dan lain sebagainya, “Nabi beri’tikaf pada sepuluh hari pertama, kemudian sepuluh hari pertengahan (kedua), kemudian beliau bersabda: Sungguh aku telah didatangi, kemudian aku diberitahu: Sungguh lailatul qadar itu berada di sepuluh hari terakhir, barang siapa di antara kalian ada yang suka beri’tikaf denganku maka beri’tikaflah!” Maka orang-orang pun beri’tikaf bersama Nabi.

Hadis ini menunjukkan bahwa i’tikaf (dalam rangka mencari lailatul qadar) tersebut dilakukan Nabi sebelum menjadi jelas baginya bahwa hal tersebut ada dalam sepuluh hari terakhir. Lalu ketika sudah tampak jelas baginya, maka beliau beri’tikaf di sepuluh hari terakhir hingga akhir hayatnya.

Disebutkan adanya sebuah perintah untuk mencari lailatul qadar pada separuh terakhir bulan Ramadan, dan pada malam-malam ganjil sepuluh pertengahan di separuh terakhir ini, yakni pada malam tanggal 17 dan 19.

Oleh karena itu, Ubay ibn Ka’ab berqunut pada salat witir dalam malam-malam separuh terakhir, karena ada harapan untuk mendapatkan lailatul qadar.

­Selain itu, setiap waktu utama, baik siang atau malam, maka penghujungnya lebih baik daripada permulaannya. Misal; hari Arofah dan hari Jumat. Begitu juga waktu siang dan malam secara umum. Oleh sebab itu, salat Wustha adalah salat Ashar sebagaimana telah ditegaskan dalam hadis-hadis sahih dan asar salafussalihin. Termasuk dalam keutamaan waktu akhir adalah sepuluh hari bulan Zul Hijjah dan Muharram, penghujungnya lebih utama daripada permulaannya.

Ada yang mengatakan bahwa awal mula kenabian Nabi Muhammad adalah pada tanggal 17 Ramadan.

Abu Ja’far ibn Ali al-Baqir berkata: “Jibril turun kepada Rasulullah pada malam Sabtu dan Ahad, kemudian menampakkan diri kepada Nabi di goa Hira` dengan membawa risalah Allah di hari Senin tanggal 17 Ramadan.

Perang Badar

Riwayat paling sahih mengenai peristiwa-peristiwa lailatul qadar adalah malam perang Badar tanggal 17 dan dalam pendapat lain tanggal 19. Namun pendapat yang masyhur adalah tanggal 17 dini hari pada hari al-Furqan, yakni hari bertemunya dua kelompok.

Dinamakan al-Furqan karena hari itu Allah memisahkan mana yang benar dan mana yang salah. Dan Allah menampakkan kebenaran dan yang menjalankannya atas kebatilan dan para pengikutnya. Allah juga menegakkan kalimat Allah dan tauhid, menghinakan musuh-musuhNya, yakni kaum musyrikin dan ahli kitab.

Penyebab keluarnya Nabi dalam rangka memerangi kafir Quraisy adalah karena para sahabat, terutama kaum Muhajirin, butuh memerangi mereka. Dalam QS. Al-Hasyr ayat 8 dijelaskan,

لِلۡفُقَرَآءِ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ ٱلَّذِينَ أُخۡرِجُواْ مِن دِيَٰرِهِمۡ وَأَمۡوَٰلِهِمۡ يَبۡتَغُونَ فَضۡلٗا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٗا وَيَنصُرُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ 

8.  (Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.

Ada banyak sekali harta dalam kafilah kafir Quraisy pada saat itu, inilah orang-orang yang mengusir sahabat Muhajirin dari tempat tinggal dan harta mereka secara zalim dan aniaya. Dalam QS. Al-Hajj ayat 39-40 Allah menjelaskan,

أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَٰتَلُونَ بِأَنَّهُمۡ ظُلِمُواْۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ نَصۡرِهِمۡ لَقَدِيرٌ  ٣٩ ٱلَّذِينَ أُخۡرِجُواْ مِن دِيَٰرِهِم بِغَيۡرِ حَقٍّ إِلَّآ أَن يَقُولُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُۗ وَلَوۡلَا دَفۡعُ ٱللَّهِ ٱلنَّاسَ بَعۡضَهُم بِبَعۡضٖ لَّهُدِّمَتۡ صَوَٰمِعُ وَبِيَعٞ وَصَلَوَٰتٞ وَمَسَٰجِدُ يُذۡكَرُ فِيهَا ٱسۡمُ ٱللَّهِ كَثِيرٗاۗ وَلَيَنصُرَنَّ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ  ٤٠

39.  Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,

40.  (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

Nabi bermaksud mengambil harta orang-orang kafir yang zalim dan melampaui batas tersebut untuk dikembalikan kepada para kekasih, pengikut, dan tentara Allah yang teraniaya dan terusir dari rumah-rumah dan harta-harta mereka, supaya para kekasih ini menggunakan harta rampasan perang untuk menguatkan diri mereka dalam beribadah dan taat kepada Allah dan dalam berjuang melawan musuh-musuh Allah. Rampasan perang termasuk perkara yang Allah perbolehkan bagi umat Islam dan tidak bagi umat-umat sebelumnya.

Jumlah pasukan muslimin di perang Badar sekitar tiga ratus sepuluh lebih. Jumlah ini sama dengan pasukan Talut yang berhasil melewati sungai, dan tidak ada yang berhasil melewati sungai kecuali orang-orang yang beriman saja.

Keadaan sahabat Nabi ketika keluar untuk berperang pada saat itu adalah sangat minim perbekalan dan jauh dari kata menang. Sebab tujuan mereka sebenarnya hanya untuk menuntut hak atas kafilah Quraisy bukan untuk perang. Kaum muslimin membawa sekitar 70 ekor unta yang mereka gunakan secara bergantian, setiap tiga orang satu unta. Dan Nabi memiliki dua teman, mereka bertiga menggunakan satu unta untuk saling bergantian. Kedua teman Nabi berkata kepada Nabi: “Ya Rasulullah! Naiklah, dan kami akan berjalan kali”. Nabi menjawab: “kalian berdua tidak lebih kuat untuk berjalan kaki daripada saya, dan saya lebih membutuhkan pahala daripada kalian berdua.” Hanya ada dua kuda yang bersama mereka, ada yang mengatakan tiga, dan ada juga yang mengatakan satu milik Miqdad.”

Orang-orang musyrik mendengar berita bahwa Nabi sedang pergi mencari kafilah. Maka Abu Sufyan membawa kafilah ke arah tepi pantai dan mengutus seorang utusan untuk mengabarkan hal ini kepada penduduk Makkah untuk berangkat melindungi kafilah mereka. Maka keluarlah mereka sambil beteriak, dan para pemimpin dan pembesar kafir Quraisy keluar menuju Badar.

Nabi pun meminta pertimbangan kepada kaum muslimin tentang peperangan ini. Kemudian kaum Muhajirin angkat bicara namun Nabi tidak menanggapinya. Sebab yang dimaksud Nabi sebenarnya adalah kaum Anshar, bukan Muhajirin. Karena Nabi merasa bahwa kewajiban sahabat Anshar dalam menolong Nabi hanya berlaku di dalam kota saja.

Lalu Sa’d ibn ‘Ubadah berdiri dan berkata: Apakah yang engkau maksud adalah kami (kaum Anshar)? Demi Zat Yang Menguasai jiwaku! Seandainya engkau memerintahkan kami untuk menceburkan diri kami ke lautan, niscaya kami akan melakukannya. Dan seandainya engkau memerintahkan kami untuk memacu kuda pengangkut barang menuju ke Bark al-Ghimad (sebuah tempat di Yaman), niscaya kami akan melakukannya.

Al-Miqdad berkata kepada Nabi: “Kami tidak akan mengatakan sesuatu sebagaimana Bani Israil katakan kepada Musa,

قَالُواْ يَٰمُوسَىٰٓ إِنَّا لَن نَّدۡخُلَهَآ أَبَدٗا مَّا دَامُواْ فِيهَا فَٱذۡهَبۡ أَنتَ وَرَبُّكَ فَقَٰتِلَآ إِنَّا هَٰهُنَا قَٰعِدُونَ 

24.  Mereka berkata: “Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja”.

Akan tetapi kami akan maju berperang bersamamu dari arah kanan, kiri, depan, dan belakangmu. Nabi pun bahagia mendengar ini semua. Beliau sepakat untuk perang. Pada malam Jumat tanggal 17 bulan Ramadan tersebut Nabi salat semalaman, menangis, dan berdoa meminta kemenangan kepada Allah atas musuh-musuhnya.”

Dalam al-Musnad, Imam Ahmad meriwayatkan dari Ali ibn Abi Thalib berkata: “Sungguh aku melihat bahwa kami semua tidur kecuali Rasulullah yang melaksanakan salat dan menangis hingga waktu subuh di bawah sebuah pohon.”

Dan Allah pun memberikan kepada Nabi dan orang-orang mukmin kemenangan dariNya dan bantuan pasukanNya,

إِذۡ تَسۡتَغِيثُونَ رَبَّكُمۡ فَٱسۡتَجَابَ لَكُمۡ أَنِّي مُمِدُّكُم بِأَلۡفٖ مِّنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ مُرۡدِفِينَ وَمَا جَعَلَهُ ٱللَّهُ إِلَّا بُشۡرَىٰ وَلِتَطۡمَئِنَّ بِهِۦ قُلُوبُكُمۡۚ وَمَا ٱلنَّصۡرُ إِلَّا مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ 

(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”.

Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Anfal: 9-10)

Imam Bukhari menerangkan dalam sahihnya bahwa Jibril berkata kepada Nabi: Bagaimana engkau memandang ahli Badar diantara kalian? Nabi menjawab: Mereka adalah kaum muslimin yang paling utama (atau dengan kalimat semisal). Dan Jibril pun berkata: Demikian pula para malaikat yang ikut perang Badar.

Allah berfirman,

وَلَقَدۡ نَصَرَكُمُ ٱللَّهُ بِبَدۡرٖ وَأَنتُمۡ أَذِلَّةٞۖ

Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. (QS. Ali Imran: 123)

فَلَمۡ تَقۡتُلُوهُمۡ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ قَتَلَهُمۡۚ وَمَا رَمَيۡتَ إِذۡ رَمَيۡتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ رَمَىٰ

Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (QS. Al-Anfal: 17)

Ketika kabar ini sampai kepada penduduk Makkah, mereka bertanya kepada yang membawakan kabar tersebut, “Bagaimana keadaan orang-orang?” Ia menjawab: “Tidak ada sesuatu pun! Demi Allah, tidak ada sesuatu pun kecuali kami telah menyerahkan pundak kami kepada mereka untuk mereka bunuh dan tawan semau mereka. Ada beberapa lelaki penunggang kuda bercak-bercak di antara langit dan bumi yang menghadang kami dan tidak ada yang bisa menahan mereka.

Dan di hari itu Allah membinasakan para tirani Quraisy, di antaranya seperti ‘Utbah ibn Rabi’ah, Syaibah,  al-Walid ibn ‘Utbah, Abu Jahal dan lain sebagainya. Dan ada 70 kafir Quraisy yang menjadi tawanan.

Kisah Badar merupakan kisah yang panjang untuk ditelusuri, yang sebenarnya mudah ditemukan dalam kitab-kitab tafsir, Sahih, Sunan, Musnad, Maghaziy, sejarah, dan lain-lain, namun maksud di sini adalah untuk menunjukkan beberapa tujuan pentingnya.

Allah telah mengabarkan hal tersebut dalam firmanNya,

وَإِذۡ زَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَعۡمَٰلَهُمۡ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ ٱلۡيَوۡمَ مِنَ ٱلنَّاسِ وَإِنِّي جَارٞ لَّكُمۡۖ فَلَمَّا تَرَآءَتِ ٱلۡفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَىٰ عَقِبَيۡهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيٓءٞ مِّنكُمۡ إِنِّيٓ أَرَىٰ مَا لَا تَرَوۡنَ إِنِّيٓ أَخَافُ ٱللَّهَۚ وَٱللَّهُ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ 

Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: “Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu”. Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: “Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah”. Dan Allah sangat keras siksa-Nya. (QS. Al-Anfal: 48)

Iblis berusaha keras dengan segala upayanya untuk memadamkan cahaya Allah dan tauhidNya. Dengan usahanya itu, Iblis berusaha memerangi muslimin melalui penolong-penolongnya dari kalangan kafir dan munafik. Ketika Iblis tidak sanggup mengalahkan Nabi sebab datangnya pertolongan Allah dan kemenangan agama Islam di atas agama-agama lain. Iblis pun puas dengan menimbulkan fitnah-fitnah di kalangan muslimin dan menerima imbalan berupa dosa-dosa hina yang muslimin lakukan, sebagai ganti kegagalannya dalam mengeluarkan muslimin dari Islam. Dalam hal ini Rasulullah bersabda,

“Sungguh setan telah berputus asa untuk disembah di jazirah Arab, tetapi ia tetap mengganggu mereka.”

Tidak ada sesuatu apapun yang lebih sulit atas Iblis kecuali diutusnya Nabi dan tersebarnya agama Islam di belahan timur dan barat bumi. Sebab Iblis telah berputus asa untuk mengembalikan umat ini pada kesyirikan besar. Ia senantiasa dalam keadaan kekhawatiran, kesusahan, dan kesedihan semenjak Nabi diutus karena keimanan yang mereka lihat darinya dan dari umatnya.

Iblis selalu memandang musim-musim pengampunan dan pembebasan dari siksa api neraka sebagai sesuatu yang merugikannya. Di hari Arafah, tidak ada seorang pun yang tampak lebih hina, rendah, dan kalah daripada Iblis, sebab di hari itu rahmat Allah diturunkan, begitu pula pada saat peperangan Badar.

Pada bulan Ramadan Allah memberikan kemurahan dan kelembutanNya kepada umat Muhammad. Setan-setan dibelenggu hingga mereka tidak mampu menggoda umat ini untuk melakukan perbuatan dosa sebagaimana di hari-hari lain. Oleh sebab itu, kemaksiatan umat Islam berkurang di bulan Ramadan.

Dari Abu Hurairah dari Nabi bersabda: “Ketika Ramadan tiba, maka pintu-pintu surga terbuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari-Muslim)

ولمسلم: فتّحت أبواب الرّحمة

Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Pintu-pintu rahmat terbuka.”    

وله أيضا عن أبي هريرة ، عن النبي ﷺ، قال: «إذا جاء رمضان فتّحت أبواب الجنّة، وغلّقت أبواب النّار، وصفّدت الشياطين.

Riwayat Muslim yang lain menyatakan, Dari Abu Hurairah dari Nabi bersabda: “Apabila Ramadan tiba, maka pintu-pintu surga terbuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan tebelenggu.”

عن أبي هريرة عن النبيّ ﷺ، قال: «إذا كان أوّل ليلة من شهر رمضان صفّدت الشّياطين ومردة الجنّ، وغلّقت أبواب النّار، فلم يفتح منها باب؛ وفتحت أبواب الجنّة، فلم يغلق منها باب؛ وينادي مناد: يا باغي الخير أقبل، ويا باغي الشرّ أقصر، ولله عتقاء من النّار، وذلك كلّ ليلة.

“Dari Abu Hurairah dari Nabi bersabda: Ketika masuk permulaan malam bulan Ramadan, maka setan-setan dibelenggu dan jin dirantai, pintu-pintu neraka dikunci dan tak ada satupun yang dibuka, dan pintu-pintu surga dibuka dan tak satupun yang ditutup. Lalu ada seorang penyeru yang memanggil-manggil: Wahai orang yang mencari kebaikan! Menghadaplah! Wahai orang yang mencari keburukan! Sudahilah! Bagi Allah adalah mereka yang terbebas dari neraka, dan itu terjadi di setiap malam.” (HR. Tirmidzi)

عن أبي هريرة عن النبي ، قال: «أعطيت أمّتي في رمضان خمس خصال، لم تعطه أمّة قبلهم: خلوف فم الصّائم أطيب عند الله من ريح المسك، وتستغفر لهم الملائكة حتّى يفطروا، ويزيّن الله كلّ يوم جنّته، ثم يقول: يوشك عبادي الصّالحون أن يلقوا عنهم المؤنة والأذى ويصيروا إليك، وتصفّد فيه مردة الشّياطين، فلا يخلصون فيه إلى ما كانوا يخلصون إليه في غيره، ويغفر لهم في آخر ليلة. قيل: يا رسول الله، أهي ليلة القدر؟ قال: لا، ولكنّ العامل إنّما يوفّى أجره إذا قضى عمله»

Dari Abu Hurairah dari Nabi bersabda: Ada lima perkara yang diberikan kepada umatku di bulan Ramadan dan tidak diberikan kepada selain umatku. Pertama, aroma tak sedap mulut seorang yang berpuasa lebih harum daripada misik. Kedua, malaikat memohonkan ampunan kepada orang-orang yang berpuasa hingga berbuka. Setiap hari Allah menghiasi surgaNya dan berkata, hamba-hamba salihku akan membuang kesulitan dan kesialan dari diri mereka dan akan menuju kepadamu. Keempat, setan-setan pemberontak dirantai sehingga mereka tidak bisa membebaskan diri mereka di bulan itu sebagaimana mereka bisa di selain waktu itu. Kelima, mereka akan diampuni di akhir malam. Ditanyakan, Wahai Rasulullah! Apakah itu lailatul qadar? Rasulullah menjawab, Tidak, tetapi adalah orang yang beramal hanya akan diberikan upahnya ketika telah menyelesaikan pekerjaannya. (HR. Ahmad)

Sumber bacaan:
Lathoiful Ma’arif, al-Imam Ibn Rajab al-hanbali
Wadho`ifu Syahri Ramadlan, Muhammad ibn Sulaiman al-Muhana