Share

Kaedah tadabbur: Sebuah Cara Jitu dalam Tadabbur

  • Maret 14, 2025

Setelah memahami arti penting mentadabburi Al-Quran dan faedah agung yang bisa kita peroleh dari aktivitas tadabbur. Perlu kiranya kita memahami metode atau tata cara tadabbur yang tepat supaya tadabbur yang kita lakukan membuahkan hasil yang bagus dan maksimal. Tanpa memahami kaedah-kaedah tadabbur, kita bisa saja hanya mendapatkan secuil hasil dari lautan tadabbur sebagaimana yang telah saya ulas di tulisan sebelumnya, atau bahkan tidak jarang yang tersesat di dalamnya.

Mentadabburi ayat-ayat ilahi yang penuh keberkahan memerlukan bashirah dan pemahaman yang jeli. Sebagaimana jamak kita ketahui, Al-Quran adalah samudra luas yang banyak sekali para penyelam yang mereguk keajaiban yang terkandung di dalamnya. Tiap-tiap orang akan mengambil apa saja yang ada sesuai kapasitas yang ia miliki. Semakin besar kapasitas seseorang, semakin banyak yang akan ia dapatkan. Pun sebaliknya, semakin minim kapasitas seseorang, semakin sedikit yang dapat ia bawa.

Oleh sebab itu, banyak kita jumpai beberapa buah tadabbur yang memukau dan menakjubkan dari orang-orang yang dengan tulus menghabiskan waktunya untuk menggali kandungan-kandungan ayat suci. Namun tidak jarang pula kita saksikan kekonyolan dan kesesatan pikir beberapa orang dalam memahami Al-Quran. Lantas apa yang seharusnya kita lakukan untuk terhindar dari hasil yang sia-sia dalam memahami atau mentadabburi Al-Quran? Tidak ada jalan lain kecuali dengan membekali diri dengan sebaik mungkin, jalan itu adalah dengan mempelajari lebih dulu kaedah-kaedah tadabbur. Jadi, sebelum menceburkan diri ke dalam lautan ilmu Al-Quran, kita tidak bisa hanya bermodalkan kemauan dan semangat semata. Perlu persiapan dan bekal. Dari sinilah tadabbur bisa kita lakukan agar tidak tenggelam dan binasa dalam kesengsaraan.

Para penafsir memiliki motode yang beragam dalam menafsirkan Al-Quran. Beberapa di antara mereka ada yang sampai pada kaedah-kaedah tertentu yang tampak pada hasil pemikiran dan perenungan mereka. Kaedah-kaedah itu bisa kita lihat pada corak penafsiran mereka. Ada beberapa mufassir yang dengan jelas menerangkan kaedah-kaedah yang mereka tempuh, namun ada pula yang tidak menjelaskannya. Namun pada intinya corak tafsir tiap-tiap mufassir mampu menggambarkan secara utuh bagaimana proses dan cara mereka dalam menafsirkan Al-Quran.

Sebagian mufassir ada yang mecurahkan perhatian (penafsiran) mereka dengan mengkompilasi pendapat-pendapat dan ide-ide dari banyak ulama. Kemudian ada yang secara khusus menafsirkan Quran dari segi kandungan makna bahasa. Ada juga yang khusus menafsirkan dari sudut ilmu bayan (salah satu cabang ilmu balaghah). Ada juga yang memusatkan pada ranah hukum fikih, filsafat, fenomena-fenomena alam semesta dan sains, dan lain sebagainya sesuai minat dan bakat dari tiap-tiap mufassir.

Dengan memahami kenyataan ini, kita sebagai orang yang memiliki kesadaran penuh atas pentingnya tadabbur, perlu untuk mengelaborasi dan menemukan poin-poin penting dari pola pikir para penafsir yang sangat beragam. Di sinilah kemudian para ahli dan pemerhati kajian Qurani melakukan penarikan benang merah dari lipatan-lipatan penafsiran yang sangat tebal yang terbentang luas tadi.

Kabar baiknya, peradaban Islam sudah memiliki segudang tokoh yang mencurahkan perhatiannya untuk merumuskan kaedah-kaedah yang tersebar tersebut. Dan salah satunya adalah tokoh yang tulisannya saya jadikan rujukan dalam tulisan singkat ini. Beliau adalah Syekh Abdurrahman Hasan Al-maidaniy yang dengan ikhlas meluangkan waktunya untuk menyusun sebuah karya bernilai tinggi dalam membahas kaedah-kaedah tadabbur. Bahkan beliau juga punya karya khusus yang merekam hasil tadabbur berdasar urutan turunnya Al-Quran yang tebal dan berjilid-jilid.

Kaedah-kaedah tersebut akan saya ulas di tulisan berikutnya insyaallah.

Sumber: Qowaidu at-tadabbur al-amtsal li kitabillah ‘azza wa jalla, Syekh Abdurrahman hasan Habannakah al-Maidaniy.