Ramadan bukanlah bulan yang bisa kita remehkan dan biarkan begitu saja. Banyak hal yang mesti kita penuhi dalam menghadapinya. Oleh sebab itu kita harus mempersiapkan bekal-bekal penting memasuki Ramadan.
source: https://cdn.pixabay.com/photo/2021/02/15/08/35/ramadan-6017047_960_720.png
Tahniah (ucapan selamat) Nabi kepada para sahabat saat memasuki bulan Ramadan
Sebagaimana riwayat Imam Ahmad dan an-Nasa`i, Nabi menyampaikan kabar bahagia kepada para sahabatnya saat kedatangan bulan Ramadan. Dari Abu Hurairah berkata: Nabi menyampaikan kabar bahagia kepada para sahabatnya, “Sungguh telah tiba kepada kalian bulan Ramadan, bulan keberkahan, yang Allah wajibkan atas kalian puasa, di dalamnya pintu-pintu langit terbuka, pintu-pintu neraka tertutup, dan setan-setan terbelenggu. Di dalamnya pula terdapat malam qadar, satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barang siapa terhalang akan kebaikannya, maka sungguh ia telah terhalang.”
Menurut sebagian ulama, hadis di atas merupakan suatu dalil untuk ‘ucapan selamat’ antar sesama muslim ketika masuknya bulan mulia Ramadan. Di sini penulis merasa heran dengan fenomena sikap kebanyakan masyarakat hari ini. Ketika kita membandingkannya dengan ‘ucapan selamat’ hari raya Idul Fitri, tentu kita akan mendapati sebuah fakta adanya ketimpangan di dalamnya. Ucapan selamat, baik secara personal maupun kelompok, ketika memasuki Ramadan rasa-rasanya masih kalah semarak dari ucapan selamatnya hari raya Idul Fitri. Padahal jika kita mau merenunginya secara mendalam sebagaimana yang Rasulullah dan para sahabatnya lakukan, kita akan jumpai keagungan luar biasa pada bulan suci Ramadan.
Bagaimana mungkin seorang beriman tidak merasa bahagia dengan terbukanya pintu-pintu surga? Seorang pendosa tidak merasa senang ketika pintu-pintu neraka tertutup rapat? Bagaimana mungkin seorang yang sering lalai, tidak bersukaria melihat setan-setan penggoda terbelenggu? Dari mana lagi akan ada sebuah masa yang menyerupai masa ini?
Kelebihan atau keutamaan puasa bulan Ramadan
Datangnya bulan suci dan puasa Ramadan adalah kenikmatan yang amat agung bagi sesiapa yang Allah ta’ala berikan kekuatan kepadanya. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh sebuah hadis panjang yang menceritakan tentang tiga orang, dua di antaranya mati syahid, sementara yang ketiga mati di atas ranjangnya (baca: tidak mati syahid). Lalu ada seseorang yang bermimpi berjumpa dengan dua orang sahabat tersebut. Dalam mimpinya ia berada di pintu surga di mana keduanya akan masuk ke dalamnya. Namun ternyata ada seorang yang memanggil dari dalam surga dan ia adalah sahabat yang meninggal belakangan. Menyaksikan kejadian ini orang yang bermimpi itu merasa heran. Kenapa orang yang meninggal belakangan secara normal bisa lebih dulu masuk surga dibanding yang mati syahid?
Singkat cerita, akhirnya mimpi ini ia sampaikan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasul pun bertanya. Tidakkah ia telah melakukan salat ini dan itu, dan ia juga telah menjumpai bulan Ramadan dan berpuasa? Demi Zat yang jiwaku dalam genggamanNya! Sungguh jarak antara keduanya lebih jauh dibanding jarak langit dan bumi. (Hadis ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan selainnya).
Ketika Allah ta’ala mencintai dan mengasihi seorang hamba, maka hamba ini akan Allah berikan kepadanya anugerah menjalankan puasa Ramadan. Namun barangsiapa yang terhalang kebaikan bulan Ramadan, sungguh ialah orang yang terhalang dari kasih dan cintaNya. Dan barangsiapa yang tidak mempersiapkan perbekalan dalam menghadapi Ramadan, maka ia adalah orang yang terhinakan.
لتطهير القلوب من الفســــاد | أتى رمضـــــان مزرعة العباد | |
وزادك فاتـخذ إلى المعـــــــاد | فأدّ حقوقـــــــــه قةلا وفعلا | |
تأوّه نادما يوم الحصـــــــــاد | فمن زرع الحبوب وما سقاها |
Artinya:
“Ramadan tiba… ladangnya para hamba, untuk menyucikan hati dari dosa-dosa
Penuhilah hak-haknya baik secara lisan atau perbuatan, dan raihlah untuk hari nanti sebagai perbekalan
Siapa yang menanam benih dan tidak ia sirami, Merintih sesal saat mengetam yang akan ia dapati.”
Bait syair di atas menegaskan betapa Ramadan merupakan bulan yang sangat sayang untuk dilewatkan dengan sia-sia. Seseorang yang tidak menyambut dan menjalaninya dengan sepenuh jiwa dan raga, maka kerugian besar sedang menimpanya. Sebab Ramadan itu ibarat waktu yang sangat menguntungkan untuk berdagang. Tidak ada lagi waktu lain yang membawa keuntungan besar sebagaimana waktu yang menguntungkan ini. Jadi, apapun yang kita jual di waktu itu, pasti laris manis dan untung besar.
Inilah yang harus menjadi perhatian keras bagi setiap orang beriman ketika memasuki bulan suci Ramadan. Mau di kapan lagi kita akan mendapatkan keuntungan dan pahala besar selain di bulan Ramadan?
Bekal menghadapi bulan Ramadan
Orang yang tidak mendekatkan dirinya kepada Allah ta’ala di bulan Ramadan, maka ia secara otomatis semakin jauh dan sangat mustahil untuk meraih keuntungan besar yang sebenarnya terhampar luas. Betapa banyak orang yang mendengarkan seruan muazin dengan panggilan “Hayya ‘alal falaaaah (mari kita menuju kemenangan)”. Namun faktanya orang-orang tidak mempedulikannya. Mereka tetap asyik ma’syuq dengan dunianya, kesia-siaannya dan bahkan dosa-dosanya. Mereka adalah orang-orang yang sungguh merugi.
فأقبل فبالخير يســــتقبل | إذا رمضان أتى مقبلا | |
فتأتي بعــــذر فلا يقـبل | لعلك تخــــــــطئه قابلا |
“Ketika Ramadan datang menghadap, Sambutlah! Dengan kebaikan ia dapat ditemui
Seandainya engkau keliru dalam menyambutnya, dengan alasan apapun ia tak akan menerima”
Banyak orang yang percaya diri bisa bertahan hidup di bulan Ramadan. Dan mereka berharap akan berpuasa di dalamnya, namun harapan itu nyatanya pupus, hingga akhirnya mereka sudah berada dalam gelapnya alam kubur. Yang tersisa hanyalah penyesalan demi penyesalan. Namun, penyesalan ini tidaklah berarti apa-apa. Sampai kapan kita akan menyia-nyiakan Ramadan. Bukankah Ramadan hanya datang sekali dalam setahun? Seyakin itukah kita bisa hidup di tahun yang akan datang?
Pesan terakhir Khalifah Umar ibn Abdul Aziz untuk segera bertaubat
Suatu ketika Umar ibn Abdul Aziz menyampaikan beberapa pesan di akhir pidatonya, “Kalian tidak tercipta sia-sia dan tidak dibiarkan dengan percuma. Ada sebuah masa (hari akhir) yang Allah turunkan di dalamnya sebuah pemisah (al-fashl) antara hamba-hambaNya. Merugilah orang yang telah keluar dari kasih sayang Allah yang begitu luas dan yang terhalang dari surga yang luasnya melebihi langit dan bumi. Tidakkah kalian saksikan bahwa kalian berada dalam rampasan-rampasan (baca:peninggalan/dunia) orang-orang celaka? Dan orang-orang setelah kalian juga akan mewarisinya hingga kalian akan kembali kepada Sang Pewaris Terbaik (baca: Allah ta’ala). Setiap hari, pagi dan sore, kalian mengantarkan orang yang berpulang kepada Allah. Ia telah mati dan ajalnya habis. Kemudian kalian melepaskan dan membiarkannya di dalam belahan perut bumi tanpa bantal dan alas. Ia telah melepas semua ikatan, meninggalkan para kekasih, dan tinggal di dalam tanah. Ia mesti menghadapi hari penghitungan, ia membutuhkan apa saja yang telah ia pesembakan namun tidak butuh yang sudah ia tinggalkan. Maka bertakwalah kalian semua kepada Allah sebelum datangnya kematian.”
“Aku akan tuturkan kepada kalian ucapan ini: Aku lebih tahu dosa-dosaku daripada dosa-dosa orang lain, maka aku meminta ampun dan bertaubat kepada Allah. Lalu Umar ibn Abdul Aziz menarik ujung selendangnya dan menangis hingga jatuh pingsan, kemudian ia turun dari mimbar dan tak pernah kembali lagi hingga akhir hayatnya.”
حتى عصى ربه في شهر شعبـــان | يا ذا الذي ما كفاه الذنب في رجب | |
فلا تصـــــيره أيضا شهر عصيان | لقد أظلك شهر الصـــوم بعدهما | |
فإنه شهر تسبيح وقـــــــــــــرآن | واتل القــــــــرآن وسبح فيه مجتهدا | |
فســـــوف تضرم أجسام بنيران | واحمل على جــــــسد ترجو النجاة له | |
من بين أهـــــــل وجيران وإخوان | كم كنت تعرف ممن صام في سلف | |
حيا فما أقرب القــاصي من الدان | أفناهم الموت واستبــــقاك بعدهم | |
فأصبحـــت في غد أثواب أكفان | ومعجب بثياب العبـــــــد يقطعها | |
مصير مســــــكنه قبر لإنسان | حتى مات يعـــمر الإنسان مسكنه |
Artinya:
“Wahai yang dosamya tidak cukup di bulan Rajab, Sampai ia terus bermaksiat kepada Rabbnya di bulan Sya’ban
Telah datang bulan puasa setelah dua bulan berlalu, Maka janganlah engkau membiarkannya (lagi) menjadi bulan maksiat
Bacalah Al-Qur`an dan bertasbihlah dengan kesungguhan, Sebab itulah bulan tasbih dan bulan Al-Qur`an
Bawalah tubuhmu dan berharaplah keselamatannya, Karena kelak tubuh-tubuh akan terbakar oleh api yang menyala
Engkau tahu betapa banyak orang yang telah berpuasa, Anggota keluarga, tetangga, dan saudara-saudara
Maut membinasakan mereka sementara engkau dibiarkannya, Maka yang dulunya jauh (ajal) kini semakin dekat
Dia yang bangga dengan baju-baju hari raya, kelak akan berubah menjadi kain kafan
Hingga ia mati dan menempati tempat tinggalnya, Maka ketahuilah tempat tinggalnya adalah kuburan”
Kesimpulan
Syair-syair ini menyadarkan kita betapa dosa-dosa yang telah lalu di bulan Rajab dan Sya’ban sudah terlalu jauh menjerumuskan kita. Maka jangan sampai bulan suci Ramadan juga kita gunakan untuk menambah daftar panjang perbuatan dosa. Tidak ada jaminan seseorang akan terus hidup lama dan mampu berjumpa dengan bulan Ramadan. Pembersihan hati dan pertobatan atas dosa-dosa adalah langkah awal yang harus ditempuh seorang mukmin sebelum memasuki bulan Puasa. Bulan yang penuh berkah, penuh ampunan, dan segala keistimewaan lain yang tidak ada di bulan-bulan selainnya. Orang-orang yang menyia-nyiakan Ramadan sejatinya adalah bodoh dan tolol. Padahal Allah tidak menciptakan sesuatu untuk yang sia-sia dan membiarkannya sia-sia. Maka, mengapa kita menyia-nyiakan Ramadan? Wal ‘iyadzu billah.
Sumber bacaan:
Lathoiful Ma’arif, al-Imam Ibn Rajab al-hanbali
Wadho`ifu Syahri Ramadlan, Muhammad ibn Sulaiman al-Muhana