Semua orang yang beragama Islam baik yang masih kecil maupun dewasa tentu paham betul bahwa puasa itu adalah menahan diri untuk tidak makan dan minum. Namun sebenarnya dalam berpuasa seseorang akan dituntut lebih dari itu. Yakni tentang pengekangan jiwa dari keinginan-keinginan. Dan seseorang yang mempuasakan hawa nafsunya, maka ia akan memperoleh kebahagiaan yang sejati. Berikut ini akan saya paparkan beberapa faedah Ibadah Meninggalkan Syahwat dengan Puasa yang berujung pada kebahagiaan sejati.
Faedah-faedah menahan hawa nafsu melalui puasa
Pertama, melemahkan nafsu. pengumbaran perut untuk selalu dalam keadaan kenyang, kerongkongan yang ingin selalu lega dan segar, serta kebutuhan seks terus menerus akan mengarahkan jiwa ke dalam keburukan, kelaliman, dan sifat lalai dari kebenaran. Untuk melemahkan sifat-sifat buruk ini caranya adalah dengan tidak makan, minum dan berhubungan badan (baca: puasa).
Kedua, mengosongkan hati untuk tafakkur dan zikir. Mengumbar hawa nafsu dapat mengeraskan dan membutakan hati. Selain itu juga bisa mengalihkan seseorang dari kemauan untuk merenung (tafakkur) dan zikir ke dalam sikap lalai. Oleh sebab itu, mengosongkan perut dari makan-minum mampu menjadikan hati semakin bersinar terang. Berpuasa juga dapat melembutkan perasaan dan meluluhlantakkan hati yang keras. Dan ketika seseorang berpuasa, maka hatinya siap untuk senantiasa berzikir dan bertafakkur.
Ketiga, seorang yang mendapatkan anugerah kekayaan melimpah akan memahami keagungan nikmat Allah ta’ala melalui anugerah itu sendiri, yakni nikmat makanan, minuman, dan pasangan, yang mana banyak orang lain (fakir-miskin) tidak memilikinya. Dengan memaksakan dan melatih diri untuk tidak menikmati kekayaan yang ia miliki dalam waktu tertentu, si kaya tentu akan menyadari betapa keadaan sulit ini perlu untuk ia renungkan. Yang pada akhirnya kekayaan (kenikmatan-kenikmatan) yang Allah ta’ala berikan kepadanya harus ia syukuri. Sehingga dengan bersyukur, muncullah kepeduliannya kepada orang-orang sekitar yang kondisi mereka serba kekurangan dan butuh bantuan.
Keempat, mempersempit pembuluh darah, yang mana pembuluh darah adalah tempat berlalu lalangnya setan. Dengan puasa, setan tidak bisa lagi membisiki manusia. Syahwat dan juga amarah melemah tidak berdaya. Ini merupakan dampak dari semakin meyempitnya jalan yang biasa setan lalui. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan puasa sebagai obat untuk menangkal birahi seks.
Yang perlu kita pahami dari keterangan ini adalah bahwa sebuah upaya pengekangan jiwa dari keinginan-keinginan yang selain dengan puasa tidak akan menjadi sempurna kecuali setelah meninggalkan larangan-larangan. Seperti tidak berdusta, aniaya, zalim, dan lain sebagainya.
Oleh karena inilah Nabi bersabda, Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan justru melakukannya. Maka Allah tidak butuh pada usaha seseorang dari meninggalkan makan dan minumnya. HR. Bukhari.
Jabir berkata: Ketika kamu berpuasa, maka puasakanlah pendengaranmu, penglihatanmu, lisanmu dari berdusta dan larangan-larangan. Tinggalkan meyakiti tetangga. Dan tenangkan dirimu di hari puasa. Jangan jadikan hari-hari puasamu sama dengan hari-hari berbukamu.
وفي بصري غض وفي منطقي صمت | إذا لم يكن في السمع مني تصاون | |
فإن قلت إني صمت يومي فما صمت | فحظي إذن من صومي الجوع والظمأ |
“Ketika pendengaranku tak kujaga dari aib, pandanganku tak menunduk dan mulutku tak bisa diam
Maka ganjaran puasaku hanyalah lapar dan dahaga, Ketika aku katakan: Hari ini aku berpuasa! Maka sesungguhnya aku tidak berpuasa”
Nabi bersabda: “Betapa banyak orang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga, dan orang yang salat malam hanya mata yang terjaga”.
Keterangan syair dan hadis di atas mengisyaratkan sebuah makna yang begitu dalam. Inilah mengapa setelah menjelaskan haramnya makan dan minum kepada orang yang berpuasa, Al-Qur`an melanjutkan dengan haramnya memakan harta orang lain secara batil. Di sini bisa kita pahami bahwa seseorang yang menjalankan perintah puasa dengan meninggalkan makan-minum, maka ia juga harus meninggalkan larangan Allah berupa memakan harta orang lain tanpa hak. Yang di mana memakan harta orang lain tidak diperbolehkan dalam kondisi seperti apapun.
Kebahagiaan sejati bagi orang yang berpuasa
Dalam tulisan sebelumnya ada keterangan hadis tentang orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan atau kebahagiaan. Yakni bahagia kala berbuka, dan bergembira kala bersua dengan Rabbnya.
Kebahagiaan saat berbuka
Adapun mengapa seseorang akan merasakan kebahagiaan di kala berbuka alasannya adalah karena kondisi jiwa manusia memiliki watak dasar untuk menyukai makan, minum, dan seks. Ketika kecenderungan atau keinginan itu terhalang dan kemudian bisa terpenuhi, maka jiwa-jiwa tersebut tentu akan merasakan kebahagiaan. Lebih-lebih saat seseorang sangat membutuhkan hal yang ia inginkan.
Ketika Allah menyukai sesuatu, maka syariat juga meyukainya (mustahabb/sunnah). Orang yang berpuasa ketika berbuka juga demikian, sebagaimana Allah telah melarang makan-minum di siang puasa, kemudian Allah mengijinkannya di malam hari. Bahkan Allah anjurkan manusia untuk menyegerakan berbuka di awal masuknya malam dan menyantap sahur di akhirnya malam. Allah dan malaikatNya mendoakan orang yang makan sahur!
Seorang yang berpuasa yang meninggalkan keinginan-keinginannya di siang hari karena berusaha untuk beribadah mendekatkan diri dan taat kepada Allah. Dan kemudian juga bergegas memenuhi keinginannya di permulaan malam dalam rangka mendekatkan diri dan menjalankan ketaatan kepadaNya. Maka ia sebenarnya tidak meninggalkan keinginan-keinginannya dan tidak pula kembali memenuhi keinginan tersebut kecuali atas perintahNya juga. Maka orang ini telah menjalankan ketaatan kepada Allah dalam dua kondisi.
Ketika seseorang bersegera untuk berbuka dengan makan, minum, dan memuji Allah setelah seharian berpuasa. Maka ia layak mendapatkan ampunan dan rida Allah ta’ala.
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim disebutkan: “Sesungguhnya Allah menyukai seorang hamba yang makan dan minum sesuatu kemudian memujiNya atas makanan dan minuman tersebut.” Doa seseorang seringkali diijabah dalam keadaan seperti ini. Sebagaimana dijelaskan pula dalam sebuah hadis marfu’ riwayat Imam Ibnu Majah yang artinya: “Sungguh ada doa yang tidak akan ditolak bagi orang yang berpuasa”. Apabila seseorang berniat dengan makan dan minumnya untuk lebih kuat dalam salat malam dan puasa, maka orang ini akan mendapatkan pahala atas makanannya. Sama halnya ketika seseorang tidur dengan niat supaya bisa bangun malam, maka tidurnya akan benilai ibadah dengan pahala.
Hafshah bintu Sirin mengatakan, Abu al-‘Aliyah berkata: Orang yang berpuasa selalu dalam kondisi ibadah selama ia tidak menggunjing orang lain, meskipun ia dalam keadaan tidur di atas ranjangnya. Abu al-‘Aliyah berkata: Dan Hafshah pun berkata, Oh.. ibadah! Sementara aku tidur pulas. Hadis ini diriwayatkan oleh Abdurrazzaq.
Waktu siang dan malam orang yang berpuasa bernilai ibadah. Di dua waktu ini, doa-doanya akan Allah ijabah. Ini karena di saat siang ia telah bersabar dan di waktu malam ia bersyukur.
Orang yang memahami makna kebahagiaan pertama ini, sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas. Maka ia tidak akan berhenti pada pemahaman bahwa kebahagian orang yang berpuasa itu hanya terletak ketika berbuka saja. Karena sebenarnya berbuka yang membahagiakan itu ketika ia mendapatkan anugerah dan kasih sayang Allah. Sebagaimana QS. Yunus 58 jelaskan,
قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلۡيَفۡرَحُواْ هُوَ خَيۡرٞ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ
58. Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.
Jadi syarat untuk mencapai kebahagiaan sejati ini adalah dengan berbuka menggunakan makanan yang halal. Jika yang ia makan haram maka doa-doanya tentu tidak akan Allah kabulkan. Sebab ia berbuka dengan yang Allah larang. Rasulullah pernah mengomentari seorang musafir yang bepergian dalam waktu yang cukup lama: “Ia membentangkan tangannya ke atas, Ya Rabb, Ya Rabb, sementara makanannya, minumanya, pakaiannya, dan segala sesuatunya haram. Lantas dari arah manakah doanya akan dikabulkan?”.
Kebahagiaan saat bertemu Allah ta’ala
Adapun alasan mengapa seseorang berbahagia ketika bertemu dengan Allah adalah karena ia akan menerima pahala puasa yang tersimpan di sisiNya. Di mana pada saat itu ia sangat menghendaki pahala tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Muzzammil ayat 20,
… وَمَا تُقَدِّمُواْ لِأَنفُسِكُم مِّنۡ خَيۡرٖ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ هُوَ خَيۡرٗا وَأَعۡظَمَ أَجۡرٗاۚ وَٱسۡتَغۡفِرُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمُۢ
20. … Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS. Ali Imran ayat 30,
يَوۡمَ تَجِدُ كُلُّ نَفۡسٖ مَّا عَمِلَتۡ مِنۡ خَيۡرٖ مُّحۡضَرٗا ..
30. Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya),
QS. Az-Zalzalah ayat 7,
لَهَا يَوۡمَئِذٖ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ
7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Hari-hari merupakan gudang perbendaharaan (treasure) bagi seseorang yang di dalamnya terkumpul dan tersimpan amal baik dan buruk. Dan di hari akhir kelak perbendaharaan ini akan dibukakan di hadapan pemiliknya. Adapun orang-orang yang bertakwa ia akan mendapati di dalamnya keagungan dan kemuliaan. Sedangkan para pendosa akan mendapatinya kenestapaan dan penyesalan.
Sumber bacaan:
Lathoiful Ma’arif, Imam Ibn Rajab al-Hanbaliy
Wadhaif Syahri Ramadlan, Muhammad Sulaiman al-Muhana