Manusia, sebagai ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala tentu dalam beberapa fase perjalanan hidupnya akan menghadapi macam rintangan, cobaan, dan gangguan baik dari makhluk yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Ketika menjumpai masalah, seorang mukmin sejati tentu akan selalu bersandar kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Ia selalu merasa lemah di hadapan Sang Pencipta. Keimanannya menyadarkan dirinya bahwa tidak ada kekuatan kecuali kekuatan Allah ta’ala semata. DIsitulah kemudian orang yang beriman berlindung kepada Allah dari berbagai macam godaan atau cobaan, dan salah satunya adalah berlindung dari godaan setan. Di tulisan pertama ini saya akan paparkan ragam redaksi isti’adzah.
Islam merupakan sebuah jalan hidup yang sempurna. Semua hal yang berkaitan dengan urusan manusia dan segala ciptaan ada panduannya. Begitu pula dalam hal memohon perlindungan dari setan sebagaimana telah penulis singgung di atas. Permohonan perlindungan ini kemudian terkenal luas sebagai isti’adzah.
Di tulisan kali ini penulis akan mendahulukan pembahasan ragam bacaan isti’adzah atau ta’awwudz sebagaimana oleh para ulama bahas. Berikut adalah detailnya sebagaimana yang ada dalam kitab tafsir Hadaiqurraih warraihan.
Mayoritas ulama’ (qaul mukhtar) termasuk di dalamnya adalah Abu Hanifah rahimahullah dan Syafi’i rahimahullah dengan berlandaskan QS. an-Nahl ayat 98.
Ragam Redaksi Isti’adzah
فَإِذَا قَرَأۡتَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَٱسۡتَعِذۡ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ ٩٨
Artinya, “Apabila kamu membaca al-Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” [an-Nahl: 98] dan sebuah hadis.
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّهُ قَالَ: قُلْتُ: أَعُوذُ بِاللّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، فَقَالَ لِي النَّبِيُّ صَلّىَ اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَا ابْنَ أُمِّ عَبْدٍ (أَعُوذُ بِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ)، هَكَذَا أَقْرَأَنِي جِبْرِيلُ عَنِ اللَّوْحِ عَنِ الْقَلَمِ.
Artinya: “dari Ibnu Mas’ud radliyallahu ‘anhu berkata, aku membaca a’ūdzu billahissamī’il ‘alīmi minasysyaithānirrajīm, kemudian Nabi memberitahuku dan bersabda, wahai Ibn Ummi ‘Abd (a’ūdzubillahi minasysyaithānirrajīm), demikian adalah yang telah Jibril bacakan kepadaku dari lauh dan qalam.”
Mereka berpendapat bahwa bacaan baku isti’ādzah adalah sebagai berikut:
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.”
Namun Imam Ahmad rahimahullah berpendapat bahwa lafad isti’ādzah yang paling utama adalah:
أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ العَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Aku berlindung kepada Allah yang maka Mendengar dan Mengetahui dari setan yang terkutuk”
Beliau berlandaskan QS. an-Nahl: 98 di atas dan QS. al-A’raf: 200.
… فَٱسۡتَعِذۡ بِٱللَّهِۚ إِنَّهُۥ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
… maka berlindunglah kepada Allah [Al A’raf: 200]
Kemudian lafad isti’ādzah yang paling utama menurut ats-Tsauriy dan al-Auza’iy rahimahumallah adalah:
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيم ِإِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّمِيعُ
Demikian ragam redaksi isti’adzah yang bisa saya paparkan. Wallahu a’lam bishshawab…