Sudahkah bangsa Indonesia merdeka? Bukankah kemerdekaan itu terbebasnya manusia dari segala macam penindasan dan ketidakadilan? Kesejahteraan yang merata (‘adlun syāmilun)? Inilah saatnya untuk melakukan perjuangan menuju merdeka 100%
Pertanyaan-pertanyaan di atas muncul karena rasanya itu semua perlu saya ajukan kepada para pemangku amanah yang sedang menduduki kursi-kursi yang mereka nikmati hari ini, yang janjinya kenikmatan itu juga akan mereka hadiahkan untuk semua lapisan masyarakat di negeri Indonesia. Di baliho, spanduk, pamflet, iklan TV dan medsos, mereka menebarkan janji besamaan foto senyum sumringah yang penuh optimis.
Kondisi Sekarang
Terus terang dari waktu ke waktu saya selalu merasa ada yang tidak beres di negeri ini. Kekecewaanku semakin meningkat dengan makin bertambahnya waktu dan bergantinya pemimpin. Jujur, meskipun sebenarnya saya sudah bersusah payah dan senantiasa berusaha menghibur diri dan membius diri untuk selalu berbaik sangka bahwa negeri ini baik-baik saja. Namun kenyataan selalu membisikiku untuk memberontak dan berteriak, “Indonesia tidak baik-baik saja”.
Sebagai contoh adalah kasus pembunuhan berencana tokoh pejuang HAM yang hingga hari ini tidak dibuka kejelasannya. Itu hanya satu contoh dari banyak ‘arsip ‘kasus besar. Keluarga, relawan, dan masyarakat yang setiap pekan sekali di hari Kamis, kemisan, melakukan tuntutan di depan istana, tidak pernah sekalipun mampu menggerakkan nurani dan menggugah keberanian para pemimpinnya dalam mengusut deretan kasus setuntas-tuntasnya.
Korupsi apalagi, seakan-akan korupsi itu adalah hal yang lumrah bagi mereka, jika meminjam istilah fikih Islam, ada pembahasan najis ma’fu (dimaafkan syariat), meskipun najis, karena sulit dihindari maka dianggap tidak najis. Akhirnya semua penunggang kursi hasil coblosan beramai-ramai menciprati bahkan mengguyuri diri mereka dengan ‘najis’ tersebut. Akibatnya kemiskinan semakin meningkat dan banyak orang yang siang malam sudah bekerja keras, namun pendapatannya masih saja serba pas-pasan yang hanya cukup untuk membeli beras. Sedangkan yang di atas kursi sana, meskipun sedikit bekerja namun banyak uang dan simpanannya. Itulah yang mengakibatkan kesenjangan ekonomi yang meresahkan dan menyengsarakan masyarakat bawah.
Selanjutnya adalah kekuatan asing yang mengangkangi bangsa ini. Akibatnya Indonesia menjadi negara yang sangat tergantung dengan asing. Sedikit-sedikit asing, apa artinya sebuah kemerdekaan kalau ternyata tidak bisa mandiri. Para pemimpin hanya menjadi pelayan asing. Menunduk di hadapan asing. Semua kekayaan dalam segala sektornya mengalir deras keluar ke taipan-taipan asing dan berhenti di sana. Sedangkan rakyat sendiri tidak kebagian aliran kekayaannya sendiri dan bahkan dirampas dan diperas.
Menuju Merdeka Sesungguhnya, Merdeka 100%
Itulah kenyataan pilu yang kemudian selalu membisiki saya untuk mencurigai kemerdekaan bangsa ini. Oleh sebab itu, maka perlu adanya gerakan bersama dengan gagah berani di semua lapisan masyarakat untuk betul-betul mewujudkan kelanjutan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Atau kalau ini tidak segera kita lakukan, maka benar apa yang sudah disampaikan datuk Tan Malaka, bahwa Indonesia belum merdeka 100%.
“Bangsa yang merdeka 100% adalah bangsa yang sanggup mandiri secara mental, budaya, politik, pertahanan, dan ekonomi; tidak bergantung pada dan dikuasai oleh bangsa lain. “ – Tan Malaka
Dan gerakan hebat itu harus ada lewat aksi bersama tak terkecuali oleh mereka yang sedang di tampuk kepemimpinan. Sebenarnya hal ini sudah menjadi suatu keniscayaan. Para pemimpin tentu telah menggelontorkan janji-janji setinggi langit. Keadilan, kesejahteraan, kekayaan, lapangan kerja, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain yang saya yakin tak ada satupun harapan masyarakat yang luput dari janji manis mereka. Jadi, harusnya sudah otomatis mereka bekerja demi masyarakat.
https://cakobed.com/gemilang-di-sisa-usia/
Maka menurut saya, sebagai bangsa kita harus segera memperjuangkan kemerdekaan 100%. Sebagaimana pernyataan sebelumnya. Caranya adalah dengan bersungguh-sungguh. Kita (masyarakat dan pemimpin) harus secepatnya merencanakan dan melaksanakan aksi-aksi nyata yang efektif untuk mewujudkan harapan bangsa. Jangan pernah diam terhadapan segala bentuk ‘pembusukan’. Sebab jika itu terjadi, maka baunya akan menyebar dan membinasakan. Di sinilah perlunya hubungan sehat antara penguasa dan masyarakat bawah. Penguasa sudah seharusnya mendengarkan suara rakyat dan melayani mereka. Toh, penguasa juga telah menjanjikan segala hal kepada masyarakat, di samping mereka juga berasal dari bawah.
Wal hasil, saya yakin dengan kemenyatuan tersebut masalah bangsa akan cepat selesai. Kemerdekaan bukan hanya sekedar pengakuan, namun sebuah kenyataan. Sebuah rasa yang sama di antara semua warganya. Yakni rasa merdeka semerdeka-merdekanya, MERDEKA 100%.