Kali ini saya akan memaparkan sosok wanita mulia dari kalangan shahabiyyah. Ialah Rufaidah, perempuan pertama sebagai perawat pertama dalam Islam.
Siapakah Rufaidah?
Nama lengkapnya adalah Rufaidah binti Sa’ad al-Aslamiyah. wanita ini berasal dari marga atau bani Aslam, salah satu marga dari suku Khazraj di Madinah. dalam Usud al-Ghabah (8/252), nama aslinya adalah Ku’aibah binti Sa’ad.
Rufaidah lahir di Yatsrib (Madinah) dan tumbuh di sana sebelum era hijrah. Ia termasuk kelompok muslim pertama dari bani Aslam. Pada saat Rasulullah datang ke Madinah, ia masuk dalam kelompok orang-orang yang menyambut dengan tabuhan rebana.
Peran Rufaidah Sebagai Paramedik dalam Islam
ketika Islam sudah menyelimuti Madinah, Rufaidah, sang perawat pertama berkosentrasi pada pekerjaan paramedik yang ia dapatkan dari para leluhurnya. Saat itu ia melakukan penyembuhan dan perawatan terhadap masyarakat muslim yang menderita sakit. Ia mendirikan kemah pengobatan di samping masjid Nabawi.
Pada saat genderang peperangan berbunyi nyaring sebagai tanda perlawanan terhadap musyrikin, Rufaidah sang perawat mulia turut andil sebagai pelayan korban perang. Ini ia lakukan di Badar, Uhud, Khandaq, Khaibar, dan perang-perang lainnya.
Di Perang Khandaq
Pada perang Khandaq, saat tentara al-Ahzab mengepung Madinah, Rufaidah mendirikan kemah di sekitar medan pertempuran. Dalam tinta sejarah pernah Rasulullah memerintahkan untuk memindahkan seorang sahabat mulianya, Sa’ad bin Mu’adz ke kemah Rufaidah agar segera mendapatkan pertolongan, sebab saat itu Sa’ad sudah luka parah pada lengannya. https://cakobed.com/sirah-nabawiyah/
Saat itu Rufaidah memberikan pengobatan dan mencabut anak panah serta menghentikan darah, dan ia berhasil mengobatinya. Pada peristiwa tersebut Rasulullah lewat dan menemui sahabat yang sedang terluka itu di kemah Rufaidah beberapa kali dan dalam sehari dan bertanya: bagaimana keadaanmu pada pagi hari dan bagaimana keadaanmu pada sore hari? Sahabat itu lalu menjawab dengan menerangkan keadaannya sampai Allah mewafatkannya sesudah peristiwa perang bani Quraizhah.
Saat pasukan Rasulullah berada dalam kesulitan, datanglah Rufaidah menemui Rasulullah. Ia datang bersama sekelompok besar wanita di belakangnya. Ternyata Rufaidah telah mengorganisasi dan melatih mereka dalam bidang keperawatan dan pengobatan.
Mereka memohon ijin kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, Kami ingin pergi bersamamu dalam pertempuran ini, jika kami diizinkan maka kami akan mengobati korban yang terluka dan kami akan menolong kamu muslimin sekuat kami”. Rasulullah menyambut mereka, “semoga kalian diberkati oleh Allah subhanahu wa ta’ala”.
Penghargaan Rasulullah untuk rufaidah
Dalam perang tersebut kelompok Rufaidah mendapatkan keberuntungan dan ia telah berjuang sekuat tenaga sehingga Rasulullah memberikan bagian harta rampasan untuknya sama dengan jumlah bagian seorang laki-laki, yakni bagian seorang tentara yang berperang dengan pedang dan kuda. Rufaidah juga mendapatkan bermacam penghargaan, seperti sebuah kalung indah Rasulullah sematkan sendiri dengan tangannya yang mulia ke leher Rufaidah.
Hanya dia yang mendapatkan kalung itu, dan dia begitu bahagia dengan kalung itu sampai ia mengatakan, “demi Allah kalau ini tidak akan berpisah dari jiwaku, dalam tidur dan dalam Bangun ku, sampai aku menemui kematian“. Kemudian ia bahkan berwasiat Jika ia meninggal dunia agar orang-orang mengubur kalung itu bersama jasadnya.
Rufaidah al-Anshariyah orang pertama yang mendirikan Rumah Sakit medan perang yang berpindah-pindah. Rumah Sakit tersebut dikelola oleh para para medis wanita yang terlatih. Ini adalah yang pertama dalam sejarah manusia. Rasulullah pernah bersabda pada salah seorang sahabat yang mengalami luka, pindahkan dia ke tenda Rufaedah sampai ia sembuh oleh wanita itu dan aku akan selalu menjenguknya.
Karena itu pula ada sebutan masyhur untuk tenda pertolongan pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan nama khimah rufaidah, sebagaimana para penulis sejarah Islam menyebut Rufaidah sebagai mumarridlat al-islam al-ula. Kiranya sudah sebaiknya jika pada masa sekarang ini kita mengaitkan nama rufaidah pada setiap instansi paramedik sebagai upaya mengenang dan mengabadikan Rufaidah dan perjuangannya.
Peran Besar Lain
Perjuangan Rufaidah tidak berhenti pada bidang keperawatan dan pengobatan saja. Tetapi ia masih memiliki aktivitas sosial, selain sebagai perawat, yang sangat luas, sebagaimana penjelasan sejarawan handal Islam Ibnu Katsir dalam karyanya yang berjudul Usudul Ghobah jilid 8 halaman 10 sebagai berikut, ia mencurahkan seluruh jiwanya untuk memberikan pelayanan kepada orang yang kehilangan, yakni setiap orang yang membutuhkan pertolongan dan bantuan, seperti fakir miskin, anak yatim, serta orang yang tidak mampu bekerja.
Rufaidah juga menyelenggarakan pendidikan untuk para anak yatim, memberikan pelajaran agama, ilmu keperawatan, serta mengasuh mereka. Pada masa Rasulullah, aktivitas seperti itu menjadi perlombaan sendiri bagi para wanita sebagai sambutan terhadap perintah Rasulullah. Rasulullah menyampaikan dalam salah satu hadisnya, “Barang siapa memelihara seorang atau dua orang anak yatim, kemudian ia bersabar dengan anak yatimnya, maka diriku dan dia seperti ini (sambil merapatkan Dua Jari tangannya).” Hadits Riwayat Muslim.
itulah Rufaidah, perawat pertama Islam yang berjiwa mulia. Semoga perempuan-perempuan hari ini bisa melanjutkan perjuangannya,terkhusus mereka yang berjuang di jalan keperawatan.