Share

Sirah Nabawiyah untuk Membangun Peradaban

  • Januari 29, 2024

Banyak sekali faedah agung dan keutamaan luar biasa bagi setiap muslim ketika memahami sirah nabawiyah, itulah (sejarah) Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam. Sirah suci nan agung, tak ada seorang pun yang bisa menandinginya, dalam segala perjuangannya, pengorbanannya, dan pencapaiannya. Dalam tulisan kali ini saya akan sedikit mengupas pentingnya sirah nabawiyah untuk membangun peradaban.

Permulaan

Inilah sirah dari sosok pemimpin orang-orang bertakwa, panutan seluruh umat manusia, dan penghulu anak cucu Adam ‘alaihissalam. Pribadi yang tanpa cela dan cacat dalam segala tutur kata dan perilakunya. Hanya manusia-manusia berjiwa kotor dan rendahan yang membencinya. Dialah sang pembawa risalah kepada umat manusia, yang mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, dari ibadah kepada hamba menuju ibadah kepada Allah ta’ala.

Saya merasa perlu untuk menjelaskan definisi sirah nabawiyyah lebih dahulu, sebelum masuk ke sirah itu sendiri, supaya terminologi ini tidak mengintimidasi pembaca pemula yang bisa jadi masih asing atau samar-samar dengan kata sirah nabawiyah. Selain itu, dengan memahami makna sirah nabawiyah serta tujuan mempelajarinya, harapannya ke depan pembaca mencapai hakekat sejati samudra hidup nabi beserta wahyu yang ia bawa. Sehingga tidak lagi hanya sebatas hapalan-hapalan kronologis semata yang sifatnya permukaan, melainkan mampu mengarungi semua keluasan, kedalaman dan segala yang ada dalam lautan di sepanjang perjalanan mulia sang nabi utusan.

Sirah Nabawiyah

Sirah secara bahasa artinya thariqah (jalan), hai`ah (keadaan, bentuk) dan lain sebagainya. Berikut adalah contoh pemakaian kata sirah secara bahasa, baik dalam percakapan biasa maupun dalam firman Allah ta’ala dalam Al-Quran.

سَارَ بِهِمْ سِيْرَةً حَسَنَةً

“Mereka mengikuti ‘jalan’ yang baik.”

Dalam perkataan ini kata sirah memiliki arti jalan.

قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْۖ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَىٰ

Allah berfirman: “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada ‘keadaan’nya semula”. QS. Thaha: 21

Sedangkan sirah dalam ayat tersebut maknanya adalah keadan.

Sirah secara istilah memiliki pengertian yang beragam. Menurut ulama hadis sirah merupakan sinonim sunnah, di mana sunnah berarti perkataan, perbuatan dan ketetapan nabi shallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan menurut ulama ushuluddin, sirah juga bermakna sunnah. Namun dalam pandangan mereka sunnah adalah jalan dan petunjuk nabi shallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun sirah dalam pandangan ahli sejarah adalah riwayat hidup dan peperangan nabi shallahu ‘alaihi wa sallam.

Definisi-definisi di atas tidaklah saling bertentangan, akan tetapi justru saling melengkapi. Oleh sebab itu, dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik sebuah definisi baru bahwa sirah adalah sebuah studi terhadap kehidupan baginda nabi shallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatNya secara global. Juga studi tentang budi pekerti, karakter, keistimewaan, bukti-bukti kenabiannya, dan kondisi zaman di mana beliau hidup.

Adapun sirah nabawiyah adalah segala hal yang berkaitan dengan nabi, kondisi zaman dan kisah para sahabatnya. Karena sirah (sunnah) sendiri memang merupakan perbuatan dan ketetapan nabi atas amaliah para sahabatnya sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

Tujuan Mempelajari Sirah Nabawiyah

Mempelajari sirah nabawiyah tidak sama seperti mempelajari sejarah pejuang atau pahlawan pada umumnya, meskipun baginda nabi juga seorang pejuang. Maka, mempelajari sirah nabawiyah tidak hanya sekedar memuaskan rasa penasaran dan menambah perbendaharaan pengetahuan semata, akan tetapi ada tujuan besar dalam mempelajarinya. Di antaranya adalah sebagai berikut.

Mengetahui Maqāshid asy-Syarī’ah (Tujuan Syariat) dan Kondisi Umat

Tujuan mempelajari sirah nabawiyah adalah untuk mendalami petunjuk, jalan, dan rida Allah ta’ala. Kita harus tahu, bahwa sirah merupakan sumber syariat dan jalan hidup kaum muslimin. Dengan demikian kita perlu mempelajari sirah guna lebih mendalami tujuan syareat.

Ada beberapa aspek penting yang para pembaca harus tahu. Aspek-aspek tersebut adalah seperti aspek pendidikan, hukum, sosial, administrasi birokrasi, hingga politik. Hal ini menjadi penting karena sirah nabawiyah merupakan praktek amaliah terhadap wahyu ilahiah dalam sendi-sendi kehidupan umat manusia.

Jadi, dengan mempelajari sirah nabawiyah, kita akan tahu alasan hadirnya nabi di tengah-tengah umat manusia di manapun berada.

Mengunduh Pelajaran Mahal

Tidak dipungkiri bahwa dalam semerbaknya sirah nabawiyah terdapat banyak pelajaran yang hanya dimengerti oleh orang yang mempelajarinya dengan baik. Pembaca sirah yang baik adalah dia yang setelah membaca kemudian bersedia dengan penuh kerelaan untuk patuh dan tunduk kepada yang dicintainya yakni baginda nabi Muhammad shlallahu ‘alaihi wa sallam. Mengapa demikian, karena dalam sirah terdapat pelajaran yang sangat melimpah. Pelajaran mahal yang mampu menuntun manusia ke jalan lurus.

Oleh karena itu, para sarjana dan pendidik muslim berkewajiban untuk mengajarkan sirah nabawiyah dengan baik dan serius. Sampaikan data-data valid dan tepercaya agar segala sesuatu yang menancap dalam benak masyarakat muslim tentang nabi juga benar. Sebab metode pendidikan yang benar dan mampu menyelamatkan manusia itu harus bersumber dari petunjuk dan ajaran nabi. Baru kemudian bisa dikembangkan secara ilmiah asalkan tidak berbenturan dengan prinsip-prinsip syariat.

Menelaah Pusaka dan Strategi Generasi Sahabat hingga Mereka Mampu Memimpin Bumi

Sirah nabawiyah adalah sumber mata air yang tak akan kering dan pusaka yang tak sedikitpun berkarat menguning bagi siapa saja yang kembali padanya, mengikuti jalannya, dan mengambil cahayanya. Para sahabat adalah generasi yang sangat memahami makna kedalaman sirah nabawiyah. Di samping itu mereka juga dibekali pemahaman paripurna terhadap ayat-ayat Al-Quran sebagai metode dalam mendidik dan menghidupkan nalar dan budi generasi.

Ali bin al-Husain Zainal Abidin mengatakan: “Kami mengajarkan peperangan Rasulullah seperti mengajarkan sebuah surah Al-Quran”.

Konon Ismail bin Muhammad bin Sa’d bin Abi Waqqash mengajarkan putra-putranya untuk menghapalkan peperangan rasulullah dan menyebutkan satu persatu kepada mereka dan lalu berkata: “Ini semua merupakan pusaka para moyang kalian, maka janganlah kalian sia-siakan”.

Generasi sahabat tumbuh di atas pondasi sirah nabawiyah hingga pada generasi setelah mereka, para tābi’īn dan tābiuttābi’īn. Dengannya mereka mampu mencapai puncak ilmu pengetahuan dan aplikasinya. Sumbangsih mereka untuk peradaban sangat besar dan tak tertandingi hingga hari ini. Di bawah kepemimpinan mereka keadilan dan kesetaraan dijunjung tinggi. Keamanan adalah jaminan bagi siapa saja yang hidup dalam naungan generasi terbaik Islam. Semua pencapaian ini tidak terlepas dari pengejawantahan sirah nabawiyah secara nyata.

Di sinilah pentingnya bagi kita semua untuk mempelajari sirah nabawiyah. Keberhasilan dan kegemilangan para sahabat yang tercatat rapi dalam lembaran-lembaran sejarah ternyata berkat kesediaan dan kegigihan mereka dalam meneladani junjungan mereka secara totalitas. Dengan ini harapannya umat muslim sekarang segera berbenah diri untuk kembali merujuk sirah nabawiyah sebagai pembelajaran demi mencapai kebangkitan umat. Sebuah kebangkitan yang kemudian menjadi penyokong penyemaian kebaikan-kebaikan di mana saja bumi di pijak.

Menggali Suri Teladan Baginda Nabi

Allah ta’ala menjadikan sirah baginda nabi sangat komplit yang mencakup semua sisi kehidupan manusia. Tidak ada satupun sisi kemanusiaan yang tidak ada pola idealnya dalam kepribadian nabi. Ini memang sengaja Allah atur sebagai sumber teladan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah panutan semua insan di segala zaman dan ruang. Allah ta’ala berfirman:

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا  ٢١

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [al-Ahzab:21]

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini merupakan dalil utama untuk meneladani kepribadian beliau. Kesabaran dan ketabahan nabi dalam perjuangannya wajib diikuti dan diteladani oleh kaum muslimin.

Ayat ini turun berhubungan dengan perang Ahzab. Di mana kala itu semua kelompok kafir dari latar belakang yang berbeda-beda bersatu padu menyerang muslimin. Tentu dalam kondisi itu kaum muslimin mengalami tekanan yang dahsyat. Keadaan jiwa dan mental hampir-hampir di titik nadir penghabisan. Seakan-akan kekalahan dan kematian tinggal menunggu hitungan detik. Rasa-rasanya kemenangan sangat mustahil untuk di raih.

Namun di saat itulah, ketegaran, kesabaran dan semangat sang panutan berkilau memancar dan menembus keraguan para sahabatnya. Nabi menegaskan bahwa dalam setiap cobaan berat akan ada pertolongan Allah ta’ala bagi siapa saja yang sabar dan yakin. Hingga akhirnya turunlah ayat ini supaya kaum mukminin meneladani baginda nabi, yakni atas kesabaran dan kegigihannya.

أَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَأۡتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوۡاْ مِن قَبۡلِكُمۖ مَّسَّتۡهُمُ ٱلۡبَأۡسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلۡزِلُواْ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصۡرُ ٱللَّهِۗ أَلَآ إِنَّ نَصۡرَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ 

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. [al-Baqarah: 214]

Nilai, keutamaan dan pahala dari keteladanan itu hanya milik orang yang teguh dan sabar atas penderitaan dan ragam cobaan yang datang bertubi-tubi, sebagai ujian atas ketulusan iman dan keyakinannya. Bisa saja seseorang selalu mendapatkan kegagalan dan nestapa. Tetapi dengan meneladani nabi, pencapaian duniawi yang sifatnya sementara tidak menjadi penting karena pada dasarnya tujuan atau cita-cita seorang mukmin adalah kesuksesan yang sifatnya kekal, yakni kehidupan bahagia di akherat. Selama nama Allah terus terjaga dalam aliran darah seseorang, selama itulah hidupnya berada dalam kebaikan. Inilah tujuan penting meneladani sirah nabawiyah.

Memahami Syariat Islam Secara Holistik dan Komprehensif

Allah ta’ala telah memudahkan orang yang mempelajari dan menekuni sirah nabawiyah secara mendetail hingga ia mampu melihat sosok panutannya secara nyata. Sejarah mencatat bahwa tidak ada satupun perjalanan hidup seseorang yang seterang dan sesempurna perjalanan hidup (sirah) nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Prof. Sulaiman an-Nadwiy berkata: Seorang tokoh besar akan layak menjadi teladan bagi umat manusia jika telah memenuhi beberapa kriteria berikut:

  1. pengakuan dan pembuktian sejarah (tokoh historis)
  2. memiliki andil di semua sendi-sendi kehidupan manusia
  3. berkepribadian sempurna dan tanpa cacat
  4. bersifat praksis bukan sekedar teori
  5. Sirah Nabawiyah Sebagai Jalan dan Neraca Kehidupan

Membaca atau mempelajari sirah nabawiyah tidak hanya sekedar tentang mengambil pelajaran dari setiap peristiwa-peristiwa historis. Namun ada yang lebih utama dari itu, yakni bagaimana seseorang setelah mempelajari sirah, kemudian mampu mengejawantahkan wahyu ke dalam perilaku keseharian. https://cakobed.com/konsep-belajar-yang-benar-dalam-pandangan-islam/

Sebagaimana kita tahu, wahyu adalah jalan terang dan lurus yang mampu membimbing seseorang. Kita juga tahu bahwa sirah nabawiyah adalah wahyu yang hidup dalam pribadi rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh sebab itu, semua perilaku, ketetapan, pemikiran dan segala hal yang terkait dengan seorang muslim harus seimbang.