Share

Mempelajari Al-Qur`an untuk Menjadi Manusia Terbaik

  • Februari 8, 2024
Seorang anak muslim mempelajari Al-Qur`an untuk menjadi manusia terbaik.

Tidak jarang orang yang membaca Al-Qur`an namun tidak memahami kandungannya meski hanya sepatah kata. Mungkin secara ‘tarik suara’ lancar dan indah. Namun secara makna dan rasa kacau, hambar, dan buruk sekali. Tidak ada penghayatan dan pergerakan amal setelahnya. Ini semua akibat membaca tanpa memahami kandungannya. Kondisi ini merupakan dampak tidak adanya kemauan belajar dan bimbingan yang benar. Oleh sebab itu, mari kita bersama-sama mempelajari Al-Qur`an untuk menjadi manusia terbaik.

Al-Qur`an adalah kalam ilahi yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diajarkan kepada semua umat manusia. Al-Qur`an bukan sekedar bahan bacaan, apalagi pajangan dan penghias rak buku dan lebih buruk dari itu semua adalah orang yang menaruh mushaf di ventilasi pintu dan jendela.

Gambaran generasi Terbaik dalam Belajar Al-Qur`an

Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah generasi mulia, mereka adalah sekumpulan manusia yang ketika mempelajari 10 ayat Al-Qur`an, tidak segera beranjak ke ayat selanjutnya hingga betul-betul telah mempelajarinya dengan sungguh-sungguh dan mengamalkannya.

Sikap mereka terhadap kalam langit tidak pernah lepas dari ilmu dan amal. Kedua pokok ini selalu berada pada mereka dan tak pernah terpisah salah satunya. Tidak berhenti di situ. Kemudian mereka juga menyebarkannya kepada murid-murid mereka hingga tersebar ke seluruh pelosok bumi.

Cahaya Al-Qur`an begitu terang benderang menyinari setiap permukaan daratan dan lautan. Itulah kegemilangan yang telah Allah ta’ala karuniakan kepada mereka dalam bentuk keluhuran agama dan peradaban.

Al-Qur`an itu Membahagiakan

Al-Qur`an adalah sumber kebahagiaan sejati. Barangsiapa yang mau membaca dan bahkan bermesraan dengannya, maka orang itu pasti bahagia. Dan yangOleh sebab itu, yang harus kita yakini adalah bahwa Allah ta’ala tidak akan menyengsarakan seseorang yang senantiasa bersama Al-Qur`an.

مَاۤ اَنۡزَلۡـنَا عَلَيۡكَ الۡـقُرۡاٰنَ لِتَشۡقٰٓى
Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah” (QS. Thaha ayat 2)

Dan di akhir surah Thaha (ayat 123-126) kembali Allah ta’ala tegaskan:

فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَاىَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشۡقٰى 123…
وَمَنۡ اَعۡرَضَ عَنۡ ذِكۡرِىۡ فَاِنَّ لَـهٗ مَعِيۡشَةً ضَنۡكًا وَّنَحۡشُرُهٗيَوۡمَ الۡقِيٰمَةِ اَعۡمٰى 124
قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرۡتَنِىۡۤ اَعۡمٰى وَقَدۡ كُنۡتُ بَصِيۡرًا 125
قَالَ كَذٰلِكَ اَتَـتۡكَ اٰيٰتُنَا فَنَسِيۡتَهَا‌ۚ وَكَذٰلِكَ الۡيَوۡمَ تُنۡسٰى 126
“barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.
Dia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?
Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.”

Dan kunci kebagahagiaan itu ternyata adalah dengan mentadabburinya. Sebuah pembacaan yang tidak sekedar membaca saja. Tetapi ada proses merenung dan berpikir. Kemudian setelah itu adalah mengamalkan isi kandungan Al-Qur`an.

Itulah gambarang generasi sahabat Rasulullah dalam membaca dan mentadabburi Al-Qur`an yang telah Rasul sampaikan dan ajarkan kepada mereka. Semua yang sampai kepada mereka, benar-benar mereka baca dengan bacaan yang baik.

Lalu generasi-generasi setelah mereka turut pula melanjutkan estafet pelayanan terhadap Kitab Suci yang mereka warisi secara sempurna. Karya-karya besar dalam memaparkan makna kandungan, hukum halal-haram, nasikh-mansukh, muhkam-mutasyabihat, sabab nuzul, makiyah-madaniyah, dan ilmu-ilmu lain terkait Al-Qur`an telah berhasil mereka bakukan dan bukukan. Itulah keagungan ruh Islam yang harus kita lanjutkan sekarang.

Menekuni Kitabullah merupakan aktifitas paling mulia dan paling luhur kedudukannya. Rasulullah bersabda:

خيركم من تعلم القرآن وعلمه
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari).

Hadis ini menunjukkan dan memberikan pemahaman bahwa mempelajari Al-Qur`an adalah sebuah usaha untuk menjadi manusia terbaik.

Kondisi hari ini

Tidak bisa dipungkiri, bahwa semangat untuk mendalami dan menguasai ilmu-ilmu yang telah saya sebutkan di atas mengalami pergeseran dan penurunan dari waktu ke waktu. Banyak macam rintangan yang menyebabkan kemandegan dan kemerosotan ini. Hingga ujungnya adalah bahwa keberhasilan masa lalu yang kita saksikan merupakan suatu hal yang sangat berat untuk dibangkitkan kembali. Semua itu hanya sebatas dalam dunia imajinasi kolektif kaum muslimin di mana saja berada. Menyerah, mengaduh, dan gejolak jiwa rentan lainnya sering mendahului dan menjadi watak generasi. Sampai-sampai ada seseorang yang mengatakan dalam syairnya:

فتشبهوا إن لم يكونوا مثلهم # إن التشبه بالكرام فلاح
Jika kalian tidak bisa sama (dalam ilmu dan amal) seperti mereka, paling tidak serupailah dalam bentuk yang lain, sebab menyerupai ahli ilmu merupakan kemenangan “.

Jika direnungkan, bait puisi di atas menegaskan betapa telah terjadi kenyataan pahit. Di mana untuk menembus pencapaian generasi terbaik sangat sedikit bisa diraih. Sehingga sebagaimana telah saya singgung di atas, yang terjadi adalah imajinasi-imajinasi igauan tanpa usaha keras untuk menduplikasi dan mengembangkan capaian orang-orang lama. Bahkan hanya untuk menyerupai saja butuh ‘pemandu sorak’, yang setelah itu kembali pada kenestapaan dan patah arang.

Jangankan bertadabbur, membaca saja umat hari ini sangat sulit dan enggan. Memang kita banyak jumpai masyarakat berbondong-bondong membaca Al-Qur`an pada bulan Ramadan. Namun setelah Ramadan selesai, 11 setelahnya kosong dan lengang. Rumah-rumah sepi dari dengungan ayat-ayat ilahi. Masjid-masjid hanya memperdengarkan rekaman mp3, bukan suara asli.

Ishaq ibn Rawahaih dan lain-lain berkata:

يكره للرجل أن يمرّ عليه أربعون يوما لايقرأ فيها القرآن، كما أنه يكره له أن يقرأه في أقل من ثلاثة أيام
“Makruh bagi seseorang jika melewati empat puluh hari tanpa membaca Al-Qur`an (hatam), sebagaimana makruh menghatamkannya dalam waktu kurang dari tiga hari”.

Apa yang seharusnya kita lakukan?

Tidak ada jalan lain selain mentadabburi Al-Qur`an jika memang ingin mengembalikan kejayaan Islam sebagaimana pada masa keemasannya. Apakah kita tidak sadar, bahwa orang yang mentadabburi Al-Qur`an akan mampu mencium harumnya kata demi kata dan lezatnya makna Al-Qur`an. Siapa gerangan yang menolak keharuman yang semerbak?

Imam al-Hasan al-Bashriy pernah menyampaikan, “Sungguh orang-orang sebelum kalian telah melihat Qur`an sebagai risalah atau surat dari rabb kalian. Saat malam mereka bertadabbur, dan di siangnya mereka mengamalkannya.”

Untuk itu, maka butuh usaha yang bermodalkan kebulatan tekad, jika tidak mau rungkad. Di era moderen, masyarakat maju di mana-mana berlomba dalam prestasi. Maka muslimin harus menjadi yang paling depan. bukankah ini ajaran Qur`an? Iya sih, banyak yang lupa (tidak sadar), la wong bacanya belum level tadabbur. Maka, mari pelajari Al-Qur`an dengan sebaik-baiknya untuk menjadi manusia terbaik, bukan manusia terbalik. Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa alihi wa shahbihi wa sallim.

Sumber bacaan:
Intiqa`at Tadabburiyyah, DR. Nashir al-Umar.
Mafatih Fahm wa Tadabbur al-Qur`an al-Karim wa Tahqiq an-Najah fi al-Hayat, Said Abdul Adhim.